Berserahlah Pada Kehendak Allah, Jangan Sombong


"Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung," sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. (Yakobus 4:13-16)

Tahukah Anda bahwa manusia sering kali terlalu percaya diri dalam merencanakan masa depan mereka? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 95% rencana jangka panjang yang dibuat oleh individu tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Fakta ini mengingatkan kita betapa rapuhnya perencanaan manusia tanpa melibatkan Tuhan.

Yakobus 4:13-16 menyoroti realitas ini dengan sangat jelas. Ayat-ayat ini menegur mereka yang terlalu sombong dalam merencanakan masa depan tanpa mempertimbangkan kehendak Tuhan. Yakobus mengingatkan kita bahwa hidup kita bagaikan uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Mari kita kaji lebih dalam apa yang dapat kita pelajari dari nasihat Yakobus mengenai sikap berserah kepada kehendak Allah dan menghindari kesombongan.

Ketidakpastian Hidup

Yakobus memulai dengan mengarahkan perhatian kita pada ketidakpastian hidup. Dia berbicara kepada mereka yang berkata, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung." Pernyataan ini menggambarkan kepercayaan diri yang berlebihan dalam merencanakan masa depan. Namun, Yakobus dengan tegas mengingatkan bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok.

Hidup kita di dunia ini sangat singkat dan tidak pasti. Yakobus menggunakan gambaran yang kuat dengan menyatakan bahwa hidup kita seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Fakta ini seharusnya membuat kita merenung tentang ketergantungan kita kepada Tuhan. Setiap hari yang kita miliki adalah anugerah dari Tuhan, dan kita tidak bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk mengendalikan masa depan.

Pentingnya Mengandalkan Kehendak Tuhan

Yakobus menegur sikap sombong dan congkak dalam merencanakan masa depan tanpa melibatkan Tuhan. Dia menekankan bahwa seharusnya kita berkata, "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Pernyataan ini mencerminkan sikap rendah hati dan berserah kepada kehendak Tuhan. Mengakui bahwa Tuhan yang memegang kendali atas hidup kita adalah langkah awal menuju kebijaksanaan rohani.

Ketika kita mengandalkan kehendak Tuhan, kita mengakui bahwa Dia yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Tuhan memiliki rencana yang indah untuk hidup kita, yang mungkin tidak selalu sesuai dengan rencana kita sendiri. Dalam Amsal 19:21, dikatakan, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." Oleh karena itu, kita perlu belajar untuk berserah dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan.

Menghindari Kesombongan

Yakobus juga menyoroti bahaya kesombongan. Dia menyatakan bahwa memegahkan diri dalam congkak adalah salah. Kesombongan membuat kita merasa bahwa kita bisa mengendalikan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri. Namun, sikap ini jauh dari kehendak Tuhan. Kesombongan adalah bentuk ketidaktaatan yang serius, karena itu menunjukkan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan.

Dalam Alkitab, kita sering melihat contoh orang-orang yang jatuh karena kesombongan. Salah satu contohnya adalah Nebukadnezar, raja Babel, yang dengan sombong memuji kebesarannya sendiri dan akhirnya dihukum oleh Tuhan (Daniel 4:30-32). Kesombongan membawa kehancuran, sedangkan kerendahan hati membawa berkat dan kasih karunia Tuhan.

Berserah dengan Penuh Kepercayaan

Untuk menghindari kesombongan dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, kita perlu belajar untuk berserah dengan penuh kepercayaan. Berserah kepada kehendak Tuhan bukan berarti kita pasif atau tidak berusaha. Sebaliknya, kita bekerja dengan giat dan berencana dengan bijaksana, tetapi selalu dengan sikap hati yang tunduk kepada kehendak Tuhan.

Doa adalah salah satu cara kita mengekspresikan ketergantungan kita kepada Tuhan. Dalam doa, kita menyerahkan rencana dan keinginan kita kepada Tuhan, memohon bimbingan dan kebijaksanaan-Nya. Kita belajar untuk berkata seperti Yesus dalam doa-Nya di Taman Getsemani, "Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi" (Lukas 22:42).

Menjalani Hidup dengan Kesadaran Akan Kehendak Tuhan

Menjalani hidup dengan kesadaran akan kehendak Tuhan berarti kita senantiasa memohon petunjuk-Nya dalam setiap keputusan yang kita buat. Kita berhenti sejenak untuk berdoa dan mencari kehendak Tuhan sebelum melangkah. Kita membaca firman-Nya dan membiarkan firman-Nya menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita, seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 119:105.

Saudara-saudara yang terkasih, marilah kita belajar untuk berserah kepada kehendak Allah dan menghindari kesombongan. Mari kita ingat bahwa hidup kita bagaikan uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap, dan hanya dalam tangan Tuhan kita menemukan makna dan tujuan yang sejati. Dalam setiap rencana dan usaha kita, marilah kita selalu berkata, "Jika Tuhan menghendakinya."

Dengan sikap hati yang rendah hati dan tunduk kepada kehendak Tuhan, kita akan mengalami damai sejahtera yang melampaui segala akal, serta hidup dalam berkat dan bimbingan-Nya yang penuh kasih. Semoga kita semua terus bertumbuh dalam iman dan penyerahan kepada Tuhan, berjalan dalam kerendahan hati dan kepercayaan penuh kepada-Nya.

Tuhan memberkati dan memimpin kita selalu.

Amin.

Tidak ada komentar untuk "Berserahlah Pada Kehendak Allah, Jangan Sombong"