Renungan Harian Kristen tentang Cara Bijaksana Menaklukkan Keadaan - Mazmur 46:2-13
Mazmur 46:2-12
Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumi pun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.
Kehidupan ini sangat
erat dengan keadaan. Bahkan keadaan itu bukan hanya sekedar erat dengan
kehidupan, tapi kadang-kadang keadaan itu hampir-hampir menjadi penentu. Hal
itu dapat kelihatan dari peribahasa orang Batak yang ber-kata “eme na masak digagat ursa, i na masa i ma
ta ula”, dengan pengertian, apa yang berlaku dan terjadi pada suatu masa,
harus diikuti apa adanya. Artinya, suatu keadaan sangat menuntut manusia itu,
supaya manusia itu mengikuti bahkan tunduk kepada keadaan. Dengan kata lain,
manusia itu kadang-kadang ditaklukkan keadaan. Manusia itu hampir-hampir tidak
bisa menolak apa kata keada-an. Manusia itu cenderung mengikuti keadaan
sebagaimana adanya.
Kalau keadaan dalam
situasi baik, tentu tidak ada yang menjadi masalah, yang harus membuat
perasaan hati dan pikiran kacau dan gundah-gulana. Kalau keadaan baik-baik
saja, maka pera-saan dan pikiran pun akan baik-baik saja. Kalau keadaan serba
aman dan nyaman, maka kehidupan pun akan secara otomatis aman dan nyaman. Namun
yang menjadi masalah adalah, keadaan tidak selalu baik, keadaan tidak selalu
nyaman dan keadaan tidak selalu aman. Bahkan bisa diakui bahwa keadaan sering
tidak bersahabat. Keadaan selalu berubah-ubah dan dominan perubahan-perubahan
itu tidak bersahabat dan tidak menye-nangkan, bahkan bisa merugikan. Keadaan
bisa mengecewakan. Ketika keadaan mengecewakan, maka pikiran akan cenderung
kacau dan perasaan tidak tenang. Inilah kenyataan yang harus dian-tisipasi
supaya jangan sampai menyebabkan kerugian bagi kehidupan. Oleh karena itulah,
maka tidak bisa tidak, melainkan harus bijaksana menaklukkan keadaan.
Tentu tidak perlu
bersusah payah untuk merubah keadaan. Dapat dipastikan usahan untuk merubah
keadaan akan menambah tekanan dan menyebabkan setres dan hal itu adalah
pekerjaan yang sia-sia. Perhatikan kembali pengakuan pemazmur pada nas di
atas. Pada ayat 3-4 dikatakan, “…sekalipun
bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di da-lam laut; sekalipun ribut
dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.” Dalam
hal ini pemazmur tidak ada kesan ingin atau berhasrat merubah keadaan
gunung-gunung yang goncang supaya tenang dan diam. Dengan berkata “sekalipun” secara berulang-ulang, itu
menunjukkan dan memiliki pengertian bahwa keadaan tidak perlu dirubah dan
ditunggu sampai berubah. Biarlah keadaan demi keadaan silih berganti. Apakah
keadaan itu mengecewakan, menyedihkan dan menyakitkan. Biarlah keadaan tetap
sebagaimana keadaan itu adanya. Bukan keadaan yang harus menentukan, melainkan
kebijak-sanaan untuk menaklukkan keadaa itu. Oleh sebab itu, hal yang harus
dimiliki adalah kebijaksanaan untuk menaklukkan keadaan itu. Jangan sampai
ditaklukkan keadaan, tetapi sebaliknya harus mam-pu menaklukkan keadaan.
Pertanyaan selanjutnya
adalah, seperti apa dan bagaimana caranya untuk menaklukkan keada-an itu? Sebab kalau tidak sanggup menaklukkan keadaan, sebaliknya akan ditaklukkan
keadaan. Selanjutnya, kalau sudah ditaklukkan keadaan, maka hidup itu menjadi
tidak menentu dan selalu kacau oleh keadaan yang silih berganti.
Beberapa anak kalimat
yang terdapat pada nas di atas, harus menjadi pusat perhatian. Pada ayat 2 dikatakan,
“Allah itu bagi kita tempat perlindungan
dan kekuatan…” Pada ayat 8 dikatakan, “TUHAN
semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Dan pada
ayat 12 diulang dikatakan, “TUHAN semesta
alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Ada apa dibalik tokoh
Alki-tab yang bernama Yakub? Ada apa dibalik pengakuan pemazmur dengan berkata
“kota benteng kita ialah Allah Yakub”?
Berdasarkan data
Alkitab, Yakub adalah orang yang tidak pernah memiliki kehidupan yang terpuji
dari lahirnya sampai menerima berbagai berkat-berkat dari Tuhan. Masih dalam
kandungan sudah menyusahkan ibunya (baca Kejadian 25), dia menipu abangnya Esau
sekaligus ayanya Ishak (baca Kejadian 27).
Kalau begitu, apakah dengan
demikian harus memiliki kehidupan yang tidak ter-puji seperti Yakub? Wah, kalau
ada orang yang menyerahkan diri kepada kehidupan yang tidak terpuji, orang itu
adalah orang yang sudah putus asa. Orang yang putus asa adalah orang yang mati
sebelum meninggal. Kiranya dijauhkan Tuhan kehidupan yang demikian. Juga tidak
mungkin orang yang benar-benar sadar akan menyerahkan diri kepada kehidupan
yang tidak terpuji. Kalau begitu, kebijaksanaan seperti apakah yang didapat-kan
dari kehidupan Yakub?
Dari kenyataan
hidupnya Yakub, dan selan-jutnya pemazmur sebagaimana pada nats di atas
berkata, “… kota benteng kita ialah Allah
Yakub.”, maka ada dua dasar keyakinan supaya bijaksana menaklukkan keadaan.
1.
Rencana
Tuhan Sempurna
Keadaan yang kacau
akan mengarahkan pikiran dan perasaan kepada kekacauan. Situasi yang tidak
menentu akan mempengaruhi kehi-dupan dan hal itu sesuatu yang menakutkan. Tentu
kenyataan yang seperti inilah yang menjadi masalah besar dalam kehidupan. Mau
berharap kepada siapa, mau pergi kemana dan mau berbuat apa, kebingungan
melanda ketika dalam keadaan yang kacau dan tidak menentu.
Konsep Allah Yakub
menjadi pedoman dan pegangan yang kuat saat diperhadapkan dengan keadaan yang
tidak menentu. Sebab Allah Yakub tidak dipengaruhi situasi dan keadaan.
Mengapa? Sebab Allah Yakub disebut ‘kota benteng’. Apakah yang dimaksud dengan
‘kota benteng’? Benteng adalah gambaran dari suatu kekuatan yang tidak
tergoyahkan. Untuk angin kencang dan banjir yang melanda, benteng adalah
pertahanan yang diandalkan.
Sebagaimana di atas
telah diutarakan secara singkat tentang kehidupan Yakub, bah-wa dia memiliki
kehidupan yang sangat kacau. Hampir tidak ditemukan dari data Alkitab kehidupannya
yang benar, kecuali penipuan dan kedurhakaan. Tetapi apakah akhir dari semuanya
adalah keka-cauan? Yang tercatat di dalam Alkitab bahwa Yakub dan keturunannya
diberkati menjadi umat yang kudus dihadapan Allah. Mengapa demikian? Apakah
Allah setuju dengan hidup sebagaimana hidup Yakub yang dilaporkan Alkitab?
Tentu tidak. Namun semu-anya itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh
Allah sebelumnya sesuai dengan rencana Tuhan yang sempurna. Sekalipun
keberadaan hidup Yakub sendiri bukan hidup yang terpuji – sebagaimana arti dari
nama Yakub adalah pendusta atau penipu – namun kenyataan itu tidak mengubah dan
tidak mempengaruhi ren-cana Allah yang sempurna.
Apa hubungannya dengan
pribadi orang percaya? Tentu dapat dipastikan bahwa kita sebagai orang percaya
ada di dalam rencana Tuhan. Allah Yakub adalah Sang Perencana dalam kehidupan
orang percaya. Jika sungguh-sungguh disadari bahwa rencana Allah itu sempurna,
tentulah mengakui bahwa hidup orang percaya tidak tergantung pada keadaan
melainkan tergantung kepada rencana Allah. Karena rencana Allah itu sempurna,
maka keadaan yang kacau sekalipun tidak akan menghancurkan hidup orang percaya,
karena kehidupan orang percaya berada dalam rencana Allah yang sempurna.
2.
Berkat Yang
Telah Tersedia Adalah Sempurna
Jika ditinjau dari
kehidupan Yakub yang sangat tidak berkenan, maka tidak ada dasar atau alasan
untuk diberkati. Karena menurut akal sehat, orang yang diberkati ada-lah orang
yang hidupnya terpuji, orang yang menghormati orang tua, orang yang menya-yangi
saudara dan tidak mementingkan diri sendiri. Tentulah semua orang yang normal
tidak setuju dengan kehidupan yang tidak terpuji, tidak setuju dengan
kedurhakaan terha-dap orang tua dan tidak setuju dengan keegois-an. Dasar
keyakinan ini bukan untuk mengajak orang untuk hidup seperti kehidupan Yakub.
Semua orang akan menolak kehidupan seperti hidup yang ditempuh Yakub
sebagaimana telah dijabarkan di atas. Hal yang paling penting untuk diketahui
adalah, bahwa Yakub diberkati bukan karena dia layak diberkati. Berkat itu
tidak didasarkan kepada kelayakan seseorang, melainkan didasarkan kepada
rencana Tuhan untuk memberkati umatNya. Tuhan pasti mem-berkati umatNya karena
itu janji Allah dan janji itu merupakan perjanjian sepihak dari Allah.
Oleh karena itu,
sangat penting untuk selalu disadari atau selalu diingat, ketika sedang
berhadapan dengan keadaan yang kacau, tidak ada alasan untuk menjadi kacau.
Kenapa? Karena hidup orang percaya yang telah berada secara tetap di dalam
Kristus tidak tergantung kepada keadaan melainkan kepada janji Tuhan. Janji
Tuhan itu pasti, karena perjanjian itu adalah perjanjian sepihak. Berkat yang
telah tersedia adalah merupakan janji Tuhan yang tidak akan pernah terhalang
oleh keadaan. Kita tidak perlu menjadi korban dari keadaan yang kacau dan tidak
menentu, seolah-olah keadaan yang kacau akan menghalangi berkat Tuhan.
Demikianlah kebijaksanaan yang harus kita miliki untuk menaklukkan keadaan. Allah yang kita sembah adalah Allah Yakub, Allah yang tidak terpengaruh dengan keadaan, karena rencanaNya sempurna. Selanjutnya Dia telah menyediakan berkatNya bagi umatNya. Berkat yang telah disediakan Allah bagi umatNya merupakan janji Allah. Janji itu adalah perjanjian sepihak. Karena Allah yang berjanji, Dia pasti menepati, sekalipun keadaan kita tidak layak untuk menerimanya. Berkat Allah tidak tergantung kepada keadaan kita, tetapi tergantung pada kasih Allah yang sempurna dan kekal.
Penulis Oleh : Pdt. Mangurup Siahaan
Penyunting : Redaksi SKB
Tidak ada komentar untuk "Renungan Harian Kristen tentang Cara Bijaksana Menaklukkan Keadaan - Mazmur 46:2-13"
Posting Komentar