Cara Bijaksana Mengatasi Kesulitan - Mazmur 138:1-8

 


Mazmur 138:1-8

Dari Daud. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, sebab mereka mendengar janji dari mulut-Mu; mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan TUHAN, sebab besar kemuliaan TUHAN. TUHAN itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mengenal orang yang sombong dari jauh. Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku. TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!

 

Tentu tidak ada alasan bagi manusia untuk mempertanyakan mengapa hidup harus mengalami atau menghadapi kesulitan! Hidup ini sangat erat dengan berbagai kesulitan. Di rumah ada kesulitan! Di kantor berhadapan dengan berbagai kesulitan! Di gereja sekalipun dipastikan ada kesulitan! Bahkan besar kemungkinan dilapangan kerja tingkat kesulitan lebih tinggi.

Manusia tidak bisa menghindar dari kesulitan dalam segala hal di dalam kehidupan ini. Orang tua berhadapan dengan anak, mengalami kesulitan. Seorang pemimpin yang telah terpelajar dalam ilmu kepemimpinan tetap akan mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan banyak anak buah dalam pekerjaan. Wah … sepertinya harus disim-pulkan, bahwa kesulitan selesai setelah dipanggil Tuhan atau dengan kata lain meninggal dunia.

Dengan kenyataan sebagaimana telah dipa-parkan di atas mengenai kesulitan yang sangat erat dengan kehidupan, maka tidak bisa dipungkiri harus bijaksana menghadapinya. Sebab jika tidak bijaksana menghadapi kesulitan, maka kesulitan tersebut akan menyebabkan kekalahan, kekacauan, kehancuran dan berbagai hal-hal negatip lain. Sebaliknya, dengan bijaksana menghadapi kesulit-an, maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan itu dan berbagai dampak positip yang akan terlihat atau secara fenomenal nyata dalam kehidupan.

 Daud sebagai raja yang paling berpengala-man pun tidak luput dari kesulitan. Dalam Maz-murnya pada nats di atas sangat jelas kelihatan bahwa dia meng-hadapi kesulitan. Pada ayat 1 dicatat bahwa Daud berhadapan dengan para allah atau sesembahan dunia yang terkadang mempenga-ruhi umat Tuhan yang dia pimpin. Pada ayat 7 Daud mengemukakan bahwa dia sampai menga-lami kesesakan oleh karena amarah musuh. Tentu hal-hal itu sangat menyulitkan bagi Daud, sang raja, hingga sampai dia mengaku mengalami kese-sakan. Apakah yang dilakukan Daud untuk menga-tasi kesulitan itu? Sangat bijaksana jika menempuh cara Daud.

Berdasarkan atau dari nats di atas, didapat-kan dua kebijaksanaan untuk mengatasi kesulitan.

 

1.      Melihat Masa Depan Dengan Mengingat Masa Lalu

Dapat dipastikan, ketika berhadapan dengan suatu kesulitan, pada umumnya lang-sung terbayang hal-hal yang menakutkan yang mungkin akan terjadi sebagai akibat dari kesulitan yang tidak dapat diatasi. Kesulitan yang sedang terjadi, terasa sedang mengancam dan siap membawa kepada malapetaka atau kehancuran kepada masa yang akan datang. Kesulitan itu dapat dibayangkan sebagai an-caman yang menghancurkan masa depan. Kesulitan itu seakan-akan bagaikan jalan buntu dan tidak ada lagi langkah yang dapat ditem-puh menuju masa depan. Kesulitan itu terlihat menyebabkan kandasnya harapan dan menga-rahkan kepada keputusasaan.

Ketika hal itu terjadi, berbagai hal nega-tip seperti susah untuk tidur nyenyak, komuni-kasi dengan orang lain dipastikan tergangu, dan berbagai kesusahan akan mewarnai kehidupan. Tentu Ke-nyataan seperti ini jangan sampai terjadi dan harus bijaksana untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Sebab dengan bijaksana menghadapi kesulitan maka selanjut-nya akan dapat mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi, maka dapat dipastikan kesulit-an tersebut tidak akan menghancurkan bahkan kesulitan itu akan menjadi berkat. Seperti apa-kah kebijakan yang harus dimiliki?

Ketika Daud berkata pada ayat 3 nats di atas “Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwa-ku.” Kalau Daud berkata ‘berseru’, tentu karena dia mengalami kesulitan, dan kesulitan itu membuat dia berseru kepada Tu-han. Selanjutnya yang harus diketahui dari Daud ini adalah ketika dia berkata “Pada hari aku berseru,”. Kata ‘hari’ yang dimaksudkan pada ayat ini tentu ‘hari’ atau waktu yang telah lewat. Kenyataan yang menyulitkan itu terjadi dimasa lalu.

Inilah kebijakan yang dimaksudkan. Daud melihat atau mengenang masa lalu untuk memandang masa yang akan datang. Diwaktu yang telah lewat ketika mengalami kesulitan itu dia mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Daud luput dari kesulitan diwaktu yang lalu. Kejadian dimasa lalu itu – ketika dia luput oleh pertolongan Tuhan – hal itu yang dia ingat untuk menghadapai kesulitan yang sedang terjadi.

Mungkin perlu diajukan pertanyaan sekedar mengingatkan atau menyadarkan saat sekarang. Apakah keberadaan kita sebagaimana adanya sekarang bukan karena pertolongan Tuhan? Tentu tidak dapat disangkal bahwa kita berulang kali menghadapi kesulitan dari waktu ke waktu. Apakah luputnya dari kesulitan itu oleh karena kegagahan, kehebatan dan kepin-taran sendiri? Wah… sangat sombong jika ada orang yang tidak mengakui keterbatasannya. Tentulah semua orang harus mengakui bahwa hanya oleh karena pertolongan dari Tuhan sehingga luput dari berbagai kesulitan sampai sekarang.

Demikianlah kita mengatasi kesulitan itu, yaitu melihat masa depan dengan mengi-ngat masa lalu. Sebab dimasa lalu Tuhan telah menolong dan luput dari berbagai kesulitan. Dengan demikian, karena Tuhan telah meno-long dimasa lalu, secara otomatis akan mengha-rapkan pertolongan dari Tuhan. Musa melaku-kan hal yang sama dengan berkata kepada bangsa Israel sebagai berikut, “Jika sekiranya engkau berkata dalam hatimu: Bangsa-bangsa ini lebih banyak dari padaku, bagaimanakah aku dapat menghalaukan mereka? maka janganlah engkau takut kepada mereka; ingatlah selalu apa yang dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap Firaun dan seluruh Mesir, yakni cobaan-cobaan besar, yang kaulihat dengan matamu sendiri, tanda-tanda dan mujizat-mujizat, tangan yang kuat dan lengan yang teracung, yang dipakai TUHAN, Allah-mu, untuk membawa engkau keluar. Demikianlah juga akan dilakukan TUHAN, Allahmu, terhadap segala bangsa yang engkau takuti.” (Ulangan 7:17-19). Bahkan akan lebih diberkati lagi, karena de-ngan demikian akan menyandarkan semua harapan kepada Tu-han. Sebagaimana perkataan nabi Yesaya, “tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31).

 

2.      Kesulitan Memperjelas Pertolongan Tuhan

Kelihatannya sangat janggal atau ganjil kebijaksanaan yang kedua ini. Kenapa? Dikata-kan janggal atau ganjil karena orang bisa saja menanggapi pemikiran ini dengan berkata, ’supaya semakin jelas pertolongan Tuhan mari-lah kita ciptakan kesulitan sebanyak mungkin’. Pemikiran itu bisa muncul karena pada pemikir-an yang kedua ini dikatakan bahwa kesulitan memperjelas pertolongan Tuhan.

Namun dapat dipastikan bahwa sesung-guhnya tidak mungkin orang yang berpikir sehat mau menciptakan kesulitan dalam kehidu-pannya. Bahkan bisa dipastikan semua orang pasti selalu mengantisipasi kesulitan semaksi-mal mungkin. Oleh karena itu, sekalipun pada pemikiran yang kedua ini tercatat sebagai pernyataan, kesulitan memperjelas pertolongan Tuhan, bisa dipastikan tidak ada orang yang berpikiran salah dengan berkata, ’supaya semakin jelas pertolongan Tuhan marilah kita menciptakan kesulitan sebanyak mungkin’.

Tentu pernyataan ini tidak muncul begitu saja tanpa alasan. Ayat 7 pada nats di atas dicatat, ”Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau memper-tahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Eng-kau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.” Tentu bisa dikatakan bahwa ’kesesakan’ dengan ’kesulitan’ adalah sesuatu yang identik. Pada saat-saat kesulitanlah orang merasa sesak. Kalau Daud berkata ”Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahan-kan hidupku ...”, dengan kata lain dia mengaku, ketika saat kesesakan itu terjadi, saat itulah nyata bahwa Tuhan mempertahankan hidupnya. Dengan demikian dapat diakui bahwa kesulitan itu sesungguhnya memperjelas pertolongan Tuhan. Dan yang sesungguhnya pertolongan pasti sangat dibutuhkan saat-saat dalam kesulitan.

Kalau demikian, karena pertolongan Tuhan akan jelas saat dalam kesulitan, maka seharusnya bersyukur di tengah-tengah kesulit-an itu, karena pada saat-saat kesulitan itulah Tuhan memperjelas pertolonganNya kepada.

Ada pesan Musa yang maha penting kepada bangsa Israel ketika di padang gurun jika kelak memasuki negeri yang dijanjikan Tu-han. Musa berkata, ”Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, …” (Ulangan 8:2). Pesan ini disampaikan untuk menyadarkan bangsa Israel, bahwa seluruh perjalanan yang ditempuh mulai dari nenek moyang mereka adalah total karena pertolongan Tuhan. Dalam perjalanan itu tentu tercatat bahwa berbagai kesulitan terjadi. Namun tidak satupun kesulitan itu menghan-curkan dan membinasakan mereka. Terbukti bahwa mereka tetap ada sebagaimana adanya, sebagai bangsa yang mendapat perhatian dari Tuhan pencipta langit dan bumi.

Dengan demikian, harus bijaksana mengatasi kesulitan itu, yaitu dengan mengakui atau mempercayai bahwa kesulitan itu adalah sesuatu yang akan memperjelas pertolongan Tuhan. Ketika sedang menghadapi suatu kesu-litan, harus menyadari ketidakmampuan untuk menyelesaikannya, kecuali hanya mengakui atau mempercayai bahwa kesulitan itu akan memperjelas pertolongan Tuhan. Dengan cara demikian maka tidak akan ditekan oleh berbagai kesulitan. Tidak perlu tertekan ketika berhadapan dengan berbagai kesulitan. Nabi Yeremia dalam kitab Ratapan berkata, “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (Ratapan 3:26).

 

Demikianlah harus bijaksana untuk menga-tasi berbagai kesulitan dalam kehidupan ini. De-ngan mengingat masa lalu dimana selalu luput dari berbagai hal oleh pertolongan Tuhan, untuk meng-harapkan masa depan yang penuh harapan oleh pertolongan Tuhan. Selanjutnya menyadari bahwa pertolongan Tuhan itu nyata saat-saat berada dalam kesulitan. Tentu tidak berharap supaya terjadi berbagai kesulitan, tetapi ketika kesulitan itu sedang datang, harus menyadari bahwa kesulit-an itulah yang akan memperjelas pertolongan Tuhan.

 

Penulis                  : Pdt. Mangurup Siahaan
Penyunting          : Tim Redaksi SKB

Tidak ada komentar untuk "Cara Bijaksana Mengatasi Kesulitan - Mazmur 138:1-8"