Damai Sejahtera yang dari Allah - Renungan Yohanes 14:27

  


Yohanes 14:27

 “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” 

Damai artinya tidak ada perang, tidak ada perseteruan, tidak ada perselisihan, tidak ada permusuhan. Sebaliknya damai itu aman, tenang, tenteram, persahabatan, kerja sama dan persekutuan. Sedangkan sejahtera adalah berkecukupan tanpa harus merasa kekurangan. Dalam hal ini bukan perkara serba lengkap dalam segala sesuatu, tetapi bagaimana seseorang merasa bahwa yang ada itu sudah cukup dan mampu mencukupkan diri. Dengan demikian ‘damai sejahtera’ berarti suatu keadaan hidup yang dirasakan cukup dan sungguh-sungguh dalam kondisi tenang tanpa gangguan dan tanpa terganggu oleh apapun dan dengan siapapun. Pertanyaan yang harus terjawab sekarang adalah, adakah hidup tanpa gangguan? Mungkinkah kita menyingkirkan setiap gangguan? Wah …, tentu tidak mungkin ada kehidupan tanpa gangguan dan bahkan pengganggu akan selalu ada sekalipun tidak akan ada orang yang setuju dengan para pengganggu. Pengganggu sendiri akan selalu mendapatkan gangguan. Sekalipun pengganggu sendiri tidak akan pernah setuju dengan pengganggu yang selalu menyebabkan gangguan.

Kenyataan seperti di atas adalah fakta yang konkrit yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun dalam kehidupan ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kalau ada orang yang tidak mau menerima gangguan, bisa dipastikan orang itu adalah seorang yang sangat egois, yang hanya memikirkan diri sendiri dan sangat kuat untuk mementingkan diri. Tentu kehidupan orang yang demikian adalah kehidupan yang tidak ideal dan kehidupan yang demikian tidak akan pernah merasakan damai sejahtera. Dalam kehidupan orang yang demikian akan selalu merasa terganggu, galau, susah, gelisah, dan berbagai perasaan negatip yang lain. Kasihan ya! Gangguan akan selalu ada. Kalau ada orang yang tidak mau terganggu, berarti kehidupan orang itu tidak akan pernah merasakan damai sejahtera. Sebab gangguan akan selalu mengganggunya. Oleh karena itu, berarti kehidupan yang ideal adalah kehidupan yang siap menerima gangguan tetapi tidak merasa terganggu sekalipun banyak gangguan oleh para pengganggu. 

Pertanyaan selanjutnya adalah, mungkinkah kenyataan hidup yang demikian bisa terjadi? Bagaimana mungkin gangguan tidak menyebabkan rasa terganggu? Disinilah letak iman Kristen yang didasarkan pada nats di atas. Kalau kehidupan didasarkan pada filsafat kosong, duniawi dan sesat, dipastikan tidak akan pernah ada orang yang merasakan damai sejahtera. Sebaliknya kehidupannya akan selalu seteru, galau, gelisah, geram dan lain sebagainya. Kalau kehidupan didasarkan pada konsep-konsep eksistensialis, rasionalis, materialis, empirisis dan filsafat-filsafat lain yang duniawi dan sesat, tentu sampai kiamat dunia tidak akan pernah merasakan damai sejahtera.

Damai sejahtera hanya dimiliki oleh orang percaya. Damai sejahtera itu akan mewarnai kehidupan orang Kristen. Hanya iman Kristen oleh kasih karunia Allah yang dapat menganugerahkan damai sejahtera itu. Bagaimana hal itu bisa dirasakan oleh setiap orang percaya? Nats di atas yang berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Berdasarkan nats ini, maka ada dua pengertian yang harus kita pahami. 

1.              Damai sejahtera itu pemberian Tuhan bukan hasil usaha.

Perlu kita sadari dan harus kita ketahui dengan sungguh, bahwa yang barkata ini adalah Tuhan Yesus sendiri. Yang memberikan damai sejahtera itu adalah sumber damai sejahtera itu sendiri. Tuhan Yesus tidak perlu susah-susah mencari damai sejahtera untuk diberikan kepada setiap orang yang kepadanya dikaruniakan hal itu. Dialah sumber segala sesuatu dan dari padaNya kita mendapat segala sesuatu.

Berikutnya yang perlu diketahui adalah, bahwa yang memberikan damai sejahtera itu adalah Pribadi yang berkuasa untuk mewujudkan pemberianNya. Kalau Allah yang berfirman, maka Allah jualah yang memelihara firmanNya dalam kehidupan umatNya. Jika Tuhan Yesus yang berjanji untuk memberikan sesuatu maka Tuhan Yesus sendirilah yang akan mewujudkan pemberianNya itu untuk kehidupan umatNya. Tuhan tidak mungkin salah alamat. Dia Mahatahu, Mahakuasa, kekal dan Mahahadir. Dia mengetahui kondisi umatNya yang kepadanya diberikan damai sejahtera itu. Dia pun berkuasa untuk mewujudkan damai sejahtera itu dalam kehidupan umatNya. Rencana Tuhan yang tidak mungkin gagal, sebaliknya rencana itu kekal dan bukan kebetulan. Dalam memelihara pemberianNya itu, Allah Mahahadir. Dia hadir dalam kehidupan umatNya dan dengan demikian terpeliharalah pemberian Allah secara kekal. Dia menjagai umatNya sebagai gembala yang menyerahkan nyawaNya. Dia kalahkan dosa dan maut untuk membebaskan umatnya dari belenggu dosa dan maut dan dengan demikian umatNya itu beroleh hidup yang kekal.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma Paulus berkata, “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 5:1). Untuk lebih memahami ‘damai sejahtera’ yang tercantum pada ayat ini, perlu diangkat suatu gambaran manusiawi dalam kehidupan sehari-hari. Kalau si A mengalami konflik, seteru, perselisihan atau permusuhan dengan si B, dan dikemudian hari oleh karena usaha rekonsiliasi dengan berbagai cara sehingga mereka berdamai kembali. Pertanyaan sekarang adalah, “apakah ada kemungkinan mereka untuk seteru kembali?” Jawabannya adalah, sangat mungkin dan bahkan besar kemungkinan mereka akan berselisih dan seteru kembali. Sekarang kita bandingkan dengan kondisi orang percaya dengan Allah yang tercatat dalam Roma 5:1 di atas. Dicatat disitu adalah, … kita yang dibenarkan karena iman…, bukan karena perbuatan atau dengan perbuatan. Selanjutnya dikatakan, “… kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” Dengan demikian berarti damai sejahtera itu tindakan sepihak dari Allah, sebab dikatakan bahwa kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita Yesus Kristus. Damai sejahtera itu bukan oleh usaha atau dengan cara-cara manusiawi tetapi mutlah oleh karena Tuhan Yesus.

Dengan demikian maka kita tidak perlu menghubung-hubungkan damai sejahtera yang dikaruniakan Allah dengan usaha-usaha manusiawi. Kita tidak perlu harus kehilangan damai sejahtera sekalipun dunia penuh dengan kegalauan dan kekacauan. Orang percaya boleh diganggu, orang percaya boleh ditindas dan  dianiaya. Namun orang percaya tetap merasakan damai sejahtera karena kasih karunia Tuhan Yesus yang abadi. Pengganggu akan selalu ada dan gangguan akan selalu datang dengan berbagai cara dan dari berbagai hal. Tetapi orang percaya tetap merasakan damai sejahtera yang telah diberikan Tuhan Yesus karena hal itu kekal adanya. 

2.              Damai sejahtera pemberian Tuhan tidak sama dengan dunia

Kembali kepada nats di atas, dalam ayat tersebut berikutnya dikatakan “… apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu….” Memang sulit bagi manusia – dalam hal ini termasuk orang percaya – untuk memisahkan hal-hal dunia dan hal-hal rohani. Sekalipun hal-hal rohani tentunya tidak meniadakan atau mengabaikan hal-hal dunia, karena orang percaya masih hidup di dunia. Namun perlu diketahui bahwa damai sejahtera yang dari Allah adalah hal yang supranatural. Tindakan Allah bagi umatNya bukan sesuatu yang hanya sebatas natural, sekalipun Allah memakai dunia dan Allah sering berkarya secara alami. Namun demikian, tindakan Allah dan pemberian Allah atau karya Allah adalah sesuatu yang supranatural.

Semestinya orang percaya tidak terjebak dengan logika-logika atau pemikiran-pemikiran manusiawi. Sekalipun kita tidak mungkin mengeluarkan pikiran kita dari diri kita sendiri tetapi kita harus menyadari bahwa tindakan Allah adalah tindakan yang sering sungsang dengan pikiran manusia. Dinamika tindakan Allah selalu progresif dan kreatif. Itulah sebabnya kepada jemaat yang ada di Filipi Paulus berkata, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7). Sesungguhnya damai sejahtera yang dari Allah tidak dapat disamakan dengan penilaian akal manusia tetapi lebih dari itu, damai sejahtera yang dari Allah itu sungguh-sungguh melampaui segala akal. Namun damai sejahtera Allah itu dipastikan akan memelihara hati dan pikiran setiap orang percaya. 

Demikianlah setiap orang percaya senantiasa akan merasakan damai sejahtera yang dari Allah dengan dua tinjauan yang harus kita pahami. Yang pertama adalah bahwa damai sejahtera itu pemberian Tuhan. Dan jika Tuhan yang memberikannya maka Tuhan jugalah yang memelihara pemberianNya sampai selama-lamanya. Selanjutnya damai sejahtera yang dari Allah tidak dapat disamakan dengan apapun yang ada dalam logika manusia. Damai sejahtera itu bersifat mutlak tetapi melampaui segala akal dan pikiran manusiawi. Selamat menikmati damai sejahtera yang dari Allah.

 

Oleh : Pdt. Mangurup Siahaan

Sumber gambar : Pexels.com

Tidak ada komentar untuk "Damai Sejahtera yang dari Allah - Renungan Yohanes 14:27"