Renungan Akhir Tahun tentang Hidup Dalam Pengharapan - Roma 8:18-30

 


Roma 8:18-30

Pengharapan adalah sesuatu yang selalu ada dalam diri manusia. Kalau kita telusuri pribadi lepas pribadi masing-masing individu di dunia ini, dapat dipastikan semua orang memiliki pengharapan. Pengharapan itu meliputi berbagai hal dalam hidup. Jika seseorang mempunyai pengharapan tentang sesuatu, biasanya orang yang berpengharapan itu akan berusaha semaksimal mungkin supaya yang diharapkan itu tercapai. Dalam tidur, dalam kerja dan dalam keadaan santai sekalipun, sesuatu yang diharapkan akan selalu menyelimuti pikiran. Demikianlah harapan itu ada dalam diri manusia. Terlebih, dalam masa akhir tahun 2022 ini, tentunya kita juga memiliki banyak pengharapan di tahun yang akan datang.

Sebagai perbandingan bagi kita, mungkin perlu ada contoh-contoh harapan yang sering terjadi. Ada orang tua yang berharap anaknya sukses dalam pendidikan. Akhirnya sang orang tua berupaya mencari dan mengumpulkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Namun diakhir harapan itu terjadilah hal yang tidak disangka-sangka, anaknya terpengaruh lingkungan yang rusak yaitu ketergantungan narkoba. Dengan demikian musnahlah harapan sang orang tua. Semua yang diupayakan selama ini menjadi sia-sia belaka. Harapan itu kandas dan berakhir dengan kesedihan.

Contoh lain pengharapan orang untuk hidup bahagia dalam rumah tangga. Pasangan suami istri berharap agar rumah tangga mereka rukun dan bahagia. Untuk itu mereka berjanji dan berusaha saling memperhatikan antara satu dengan yang lain, berusaha untuk lebih lemah lembut antara satu dengan yang lain dan berbagai usaha lainnya yang dapat mendukung terwujudnya kebahagiaan mereka. Namun dikemudian hari, ada orang ketiga – mungkin dari keluarga dekat, lingkungan dan lain-lain – yang mempengaruhi dengan menyampaikan hal-hal negatif tentang salah satu dari pasangan suami istri tersebut yang membuat kepercayaannya jadi pudar. Akhirnya kecurigaan muncul, setelah mulai curiga akhirnya komunikasi mulai tidak sehat dan akhirnya pertengkaran tidak terhindarkan lagi. Setelah itu, harapannya jadi keluarga bahagia kandas. Muncullah perasaan putus asa dan berkata “cerai aja dah, itu lebih baik”.

Apakah pengharapan orang percaya (orang Kristen) akan mengalami hal yang demikian? Tentu seharusnya tidak! Kenapa? Berikut ini ada 3 faktor yang menjamin pengharapan Kristen tercapai.

1.      Doa-doa kita sampai kepada Tuhan (ayat 26-27)

Secara manusiawi dapat dipastikan, jika kita memiliki hubungan yang lancar di dalam kasih, dan oleh karena itu saling mempercayai antara satu dengan yang lain, maka tindakan tolong menolong akan nyata. Itu pasti dan dengan yakin saya berkata bahwa kenyataan seperti itu dialami orang pada umumnya. Tetapi sebaliknya, jika orang lain tidak mempercayai kita, sekalipun kita memohonkan sesuatu dengan berbagai cara, pasti orang yang tidak mempercayai kita itu tidak akan mengabulkan apa yang kita minta. Kita mengatakan apa saja, orang yang tidak mempercayai kita itu tidak akan pernah percaya dengan kita. Dasarnya adalah masalah kepercayaan!

Dalam hal ini bukan hanya kita yang percaya kepada Tuhan, tetapi yang ajaib adalah Tuhan percaya kepada kita. Alkitab berkata, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” (1 Yoh. 4:19). Karena Allah begitu mengasihi kita dan mempercayai kita, hingga Allah mengaruniakan RohNya kepada kita. Dengan demikian, sekalipun “… kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (8:26). Itulah sebabnya doa orang percaya pasti mendapat jawaban “ya”, karena doa kita bukan kehendak kita tetapi kehendak Allah oleh Roh Kudus yang ada di dalam kita. Dengan demikian, apakah yang kita harapkan bisa kandas atau tidak tercapai? Dengan iman, pengharapan orang percaya pasti terjadi!

2.      Segala sesuatu yang terjadi mendatangkan kebaikan (ayat 28)

Jika seorang pengusaha didemo oleh karyawannya, hal itu bisa membuat dia putus asa, karena dia merasa usaha itu bisa berjalan lancar dengan adanya karyawan yang percaya dan setia kepada pimpinan. Kalau sang pengusaha putus asa bisa dikatakan tinggal menunggu waktu untuk tutup usaha dan gulung tikar. Biasanya hal-hal seperti kerugian, kesedihan, penyakit, kecelakaan, bencana dan kegagalan membuat orang putus asa atau kehilangan pengharapan. Kenyataan seperti itu sudah menjadi warna kehidupan manusia pada umumnya.

Ajaib nan indah pengharapan orang percaya! Kenapa? Sebab untuk segala sesuatu yang terjadi, Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Kita harus ingat Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan secara total. Bagi orang Kristen tidak ada celaka, tidak ada rugi, tidak ada kegagalan, tidak ada bencana. Bagi orang percaya yang ada adalah keselamatan, anugerah, kasih karunia, berkat dan hidup berkelimpahan. Namun demikian bukan berarti orang percaya hidup tanpa masalah. Di dalam Alkitab tidak pernah tercatat hidup orang percaya tanpa masalah. Hal yang sangat penting untuk kita ingat sebagai orang peprcaya, masalah bukan hal yang negatif dalam kehidupan orang percaya melainkan hal yang total positif. Karena semuanya akan mendatangkan kebaikan. Kalau kita sakit, penyakit itu akan mendatangkan kebaikan. Kalau kita rugi, kerugian itu akan mendatangkan kebaikan. Kalau kita kecelakaan sekalipun, kecelakaan itu akan mendatangkan kebaikan, sebab dalam segala sesuatu Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan.

Jika demikian gema iman yang kita miliki, tentu tidak ada lagi perasaan putus asa atau kehilangan pengharapan. Sebab dibalik semua yang terjadi ada rencana Allah, dan rencana Allah itu indah. Oleh sebab itu, kalau ada orang yang mengaku Kristen, dan suatu ketika dia terkena masalah dan langsung kehilangan pengharapan, wah … jangan-jangan dia bukan Kristen! KTPnya aja kali yang Kristen!

3.      Telah ditentukan menjadi anak Allah (ayat 29-30)

Mungkin banyak orang yang kurang tertarik merenungkan istilah ketentuan. Kalau kita merenungkan perihal ketentuan Allah, tentu kita akan memikirkan tentang beberapa hal. Pertama, ketentuan Allah tidak bisa diganggugugat. Yang dimaksud dengan ketentuan adalah suatu keputusan yang tidak dapat berubah oleh siapapun. Situasi tidak akan pernah merubah ketentuan Allah. Masalahpun tidak akan pernah merubah ketentuan Allah. Iblis sekalipun tidak memiliki kuasa untuk merubah ketentuan Allah. Ketentuan Allah kekal selamanya tanpa pernah berubah. Sifat Allah yang kekal merupakan dasar kekekalan ketentuan rencana Allah. Kedua, kita ditentukan menjadi anakNya. Kita ditentukan menjadi ahli waris kerajaan Allah.

Dengan merenungkan dua hal ketentuan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa setiap orang percaya tidak pantas untuk putus asa, tetapi semestinya orang percaya selalu memiliki pengharapan. Pengharapan itu tidak akan pernah sirna “karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” (Rom. 5:5). Sekalipun orang percaya ditimpa oleh berbagai masalah, tetapi justru masalah itu akan menghasilkan pengharapan baru baginya. Itulah sebabnya Daud berkata: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Maz. 23:4).

Demikianlah pengharapan orang percaya itu tidak akan pernah pudar.  Sebab doa-doa kita pasti sampai kepada Tuhan, segala sesuatu yang terjadi mendatangkan kebaikan dan telah ditentukan menjadi anak Allah.

Ditulis oleh Pdt. Mangurup Siahaan

Tidak ada komentar untuk "Renungan Akhir Tahun tentang Hidup Dalam Pengharapan - Roma 8:18-30"