Hidup Oleh Iman - Roma 1:16-17

Roma 1:16-17

          Apakah yang dimaksud dengan hidup oleh iman? Emangnya hidup oleh apa saja? Ada orang yang berpikir bahwa dia hidup oleh kekuatannya! Ada orang yang merasa bahwa dia hidup oleh orang lain, karena dia selalu mendapat dukungan atau bantuan dari pihak-pihak tertentu. Ada orang yang bekerja disebuah perusahaan dan setiap bulan dia menerima gaji sesuai degan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu orang tersebut merasa bahwa dia hidup dari perusahaan tersebut dimana dia mendapatkan gaji setiap bulan untuk dipergunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Namun judul ini berbunyi ‘hidup oleh iman’ dan itu lahir berdasarkan Roma 1:17 yang berkata, “… yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman.” Apakah maksudnya dan seperti apakah hidup yang demikian?

Supaya kita lebih mudah mengerti tentang judul ini, kita harus mengerti istilah yang tercantum dalam judul tersebut. Istilah ‘iman’ memiliki pengertian yang sama dengan istilah ‘percaya’ dalam banyak hal. Seperti contoh, dalam Roma 1:17 ini kata yang dipakai adalah  Πίστις = pistis, diterjemahkan ‘iman’. Tetapi dalam Roma 3:22 pun kata yang dipakai adalah  πιστεύω = pisteuō, yang berasal dari kata yang sama dan diterjemahkan dengan kata ‘percaya’. Itulah sebabnya dikatakan dalam banyak hal antara istilah ‘iman’ dan istilah ‘percaya’ memiliki arti yang sama. Orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus berarti orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Orang yang memiliki iman yang kuat akan pemeliharaan Allah dalam hidupnya berarti orang yang sungguh-sungguh percaya bahwa Allah akan memelihara hidupnya. Demikian persamaan arti istilah ‘iman’ dan ‘percaya’. Setelah kita mengerti persamaan antara istilah ‘iman’ dan ‘percaya’, sekarang kita lebih baik menyederhanakan cara untuk mengerti dengan memakai istilah yang lebih mudah untuk dipahami.

Jika dikatakan ‘hidup oleh iman’ berarti sama dengan ‘hidup oleh percaya’. Pertanyaan yang penting kita ajukan adalah, bagaimana seseorang sampai percaya kepada yang dipercayainya. Saya percaya kepada istri saya, tentu karena saya telah merasakan kebaikan-kebaikannya dan bahkan saya merasakan pengorbanannya dalam segala hal. Dia selalu memperdulikan saya dalam segala hal. Ketika saya mau pergi dia akan menanyakan mau kemana. Ketika saya melakukan hal-hal yang menyinggung perasaannya sekalipun namun dia tidak menjadi benci kepada saya dan sebaliknya tetap sayang atau mengasihi saya. Dan banyak hal yang membuat saya menjadi sungguh-sungguh percaya kepadanya. Sebaliknya jika ada orang yang menghianati kita, tentu kita tidak mungkin percaya lagi kepadanya. Sekalipun orang yang telah menghianati kita itu berjanji untuk setia kembali, namun kita tetap akan mencurigainya karena sudah pernah menghianati kita.

Sekarang kita kembali kepada judul di atas. Jika dikatakan hidup oleh iman atau oleh percaya, yang dimaksudkan disini adalah percaya kepada Tuhan Yesus. Perlu kita mengajukan pertanyaan sekedar menguji pikiran dan perasaan kita. Apakah Tuhan Yesus pernah menghianati kita? Tentu tidak ada orang yang berani berkata bahwa Tuhan pernah menghianatinya. Iblis sekalipun tidak berhak mengatakan demikian – sebab di dalam Alktab – tidak pernah ada catatan yang menunjukkan seolah-olah Iblis menuduh Tuhan demikian. Iblis tidak berhak menuduh Tuhan demikian. Iblis hanya berusaha untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa sejauh diijinkan Tuhan. Oleh sebab itu jika Tuhan tidak pernah menghianati kita sebagai ciptaanNya dan sebaliknya kita yang berdosa namun untuk itu Dia rela mati di kayu salib, berarti Dia layak dipercaya secara total.

Jika demikian, seharusnya semua orang idealnya percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan. Terutama orang Kristen yang memegang Alkitab, dimana di dalamnya tertulis jaminan pemeliharaan Tuhan sampai pada kehidupan yang kekal. Sekarang bisa kita munculkan pertanyaan demikian: Apakah orang Kristen sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? Mungkin perlu diuji! Berikut ini ada 2 poin sebagai ujian untuk kita sebagai orang yang hidup oleh iman.

 

Tenang

Ada apa dengan kondisi tenang? Apakah sifat tenang berhubungan dengan keberadaan orang yang hidup oleh percaya? Jelas dan pasti berhubungan! Sebab sebagaimana ilustrasi yang telah diutarakan pada alinea ke dua di atas, bahwa seorang suami akan tenang ketika bepergian kemana-mana meninggalkan anak-anak dan istrinya, karena sang suami sungguh-sungguh percaya kepada istrinya. Sekalipun saat-saat sang suami pergi, sementara anak-anaknya belum makan, kondisi rumah belum teratur dan lain sebagainya, sang suami tetap bisa tenang sebab dia sangat percaya kepada istrinya kelak akan mengatur semuanya.

Demikianpun keberadaan orang Kristen. Idealnya orang Kristen tetap bisa  tenang, jika dia sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus yang telah berjanji untuk senantiasa  menyertainya. Janji-janji Tuhan sungguh sangat banyak sebagaimana yang tercatat di dalam firmanNya. Sifat janji Tuhan itu ‘ya’ dan ‘amin’. Oleh karena itu, sekalipun situasi dan kondisi tidak memungkinkan atau kenyataan tidak menjanjikan sesuatu yang indah, namun orang Kristen seharusnya tetap tenang, jika dia sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.

Namun kenyataannya yang kita lihat bersama dalam kehidupan manusia pada umumnya dan orang Kristen khususnya. Mungkin bisa kita katakan lebih dominan orang yang hidup di dunia ini yang tidak tenang atau gelisah, dari pada orang yang merasakan ketenangan dalam hidupnya. Kenapa demikian? Kembali kepada uraian kita di atas, ketidaktenangan seseorang tentang sesuatu dalam hidupnya adalah disebabkan ketidakpercayaannya kepada Tuhan. Jika kita percaya kepada Tuhan yang akan mengatur segala-galanya dan Dia tidak akan pernah membiarkan kita, sebaliknya Tuhan akan selalu mencukupkan kehidupan kita dalam segala hal, maka kita akan tenang dalam segala keadaan dan dalam situasi apapun.

 

Selalu Berharap

Kitab Ibrani berkata, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1). Jika demikian berarti tidak ada alasan bagi orang yang mengaku sebagai orang percaya untuk tidak memiliki pengharapan. Kepercayaan yang kita miliki itulah yang membuat kita berharap selalu kepada Tuhan. Penderitaan boleh datang, sakit penyakit bisa kita rasakan, kemiskinan secara materi mungkin kita alami, namun pengharapan tidak akan pernah sirna dari kehidupan orang percaya. Sebab kepercayaan seseorang kepada Tuhan akan selalu memotifasi untuk berharap kepada Tuhan sekalipun situasi dan kondisi tidak menjanjikan yang indah.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu berharap kepada Tuhan adalah orang-orang yang berbahagia. Alkitab mencatat, “Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!” (Maz. 40:5). “Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN.” (Ams. 16:20). Bahkan yang lebih indah untuk kita renungkan adalah sebagaimana yang dicatat oleh nabi Yesaya. Dia berkata, “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yes. 40:30-31). Jika ada orang yang menanti-nantikan Tuhan berarti dia sedang berharap-harap kepada Tuhan. Menurut ayat ini, orang yang berharap kepada Tuhan mendapat kekuatan baru, bagaikan burung rajawali yang naik terbang tinggi. Kita bisa merasakan betapa indahnya hidup jika sampai diilustrasikan kepada burung rajawali yang naik terbang tinggi. Dia tidak takut badai, bahkan badai akan membuatnya semakin tinggi dengan kekuatan sayapnya. Orang yang menanti-nantikan atau selalu berharap kepada Tuhan akan berbahagia dan dia akan mengalahkan dan menyingkirkan segala rintangan yang ada.

 

Demikianlah keberadaan orang yang hidup oleh iman. Orang yang hidup oleh iman akan tetap tenang dan selalu memiliki pengharapan, sekalipun situasi dan kondisi tidak memungkinkan dan kenyataan tidak menjanjikan sesuatu yang indah. Orang yang hidup oleh iman selalu percaya bahwa Tuhan mengasihinya. Oleh karena itu, dia akan selalu berharap bahwa Tuhan akan mengubah kenyataan yang pahit sekalipun menjadi keadaan yang begitu indah hingga nikmat nan tiada taranya.

 

Oleh Pdt. Mangurup Siahaan, M.Th

Tidak ada komentar untuk "Hidup Oleh Iman - Roma 1:16-17"