Renungan Kristen yang Menginspirasi tentang Hidup Berdasarkan Kebenaran Allah - Roma 1:16-17
Roma 1:16-17
Apakah
kebenaran itu? Mudah sekali! Kebenaran adalah segala sesuatu yang benar. Mudah
kan! Mengartikannya mudah, tetapi banyak orang yang keliru memikirkan
kebenaran. Sebab dengan berbagai perspektif orang-orang memikirkan kebenaran.
Ada wanita yang berpakaian mini, sehingga pusar diperutnya kelihatan dan
lain-lain yang masih dianggap tabu. Bagi orang yang memakainya hal itu benar
dan itu sebabnya dia berani memakai pakaian yang demikian. Namun bagi orang
lain hal itu dianggap porno sehingga dinyatakan tidak benar. Dari kedua kubu
antara pro dan kontra, masing-masing mempertahankan pandangannya dengan
argumentasi masing-masing. Banyak hal-hal yang pro-kontra saat menentukan
nilai-nilai kebenaran untuk dinyatakan sebagai benar. Dalam hidup manusia tidak
akan ada titik temu yang menjadi pegangan bagi kita selagi berdasarkan
filsafat-filsafat dunia. Jika kita mengandalkan rasio atau pikiran belaka,
tetap akan mengalami kesulitan untuk menemukan nilai kebenaran. Bagaimana
dengan judul di atas? Kita hidup berdasarkan kebenaran Allah.
Judul di
atas berdasarkan ayat 17 yang berbunyi, “Sebab
di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman ….” Jika
dikatakan ‘di dalamnya’ nyata kebenaran Allah, itu artinya di dalam Injil itu
nyata kebenaran Allah. Jika dikatakan kebenaran Allah berarti bukan kebenaran
manusia. Seperti apakah kebenaran Allah itu? Sesungguhnya kebenaran Allah
sangat jauh dan tidak sebanding dengan kebenaran manusia. Namun sebelum kita
membahas lebih lanjut tentang kebenaran Allah, kita harus mengerti dulu apa
yang dimaksud dengan Injil. Sebab kebenaran Allah itu nyata di dalam Injil.
Jika kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Injil maka dengan mudah kita
mengerti seperti apakah kebenaran Allah itu.
Injil
adalah kabar baik, kabar sukacita atau kabar gembira. Kenapa disebut kabar
baik, kabar sukacita atau kabar gembira? Tentu karena isi berita itu sangat
baik, membuat kita bersukacita dan menjadi gembira! Apakah isi berita itu?
Kalau seseorang dikabarkan meninggal dunia, tentu ini disebut berita dukacita
dan tidak mungkin orang mengatakan itu kabar yang menggembirakan. Sekalipun
manusia idealnya pasti akan meninggal dunia. Karena manusia tidak ada yang
tidak diakhiri dengan kematian. Sebaliknya merupakan kabar sukacita dan kabar
yang menggembirakan jika terjadi kebalikannya. Jelas dan pasti sangat
menggembirakan suatu berita yang mengumandangkan bahwa yang mati hidup kembali.
Bukankah demikian yang terjadi pada diri orang percaya? Kita yang dahulu mati,
namun oleh anugerah Allah kita memperoleh hidup yang kekal. Tuhan Yesus
berkata, “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
(Yoh. 6:40). Kita jadi ciptaan baru. Paulus berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang
lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5:17).
Kita yang rusak pulih kembali, yang berada di dalam maut diselamatkan dan
selamat sampai hidup yang kekal. Inilah Injil, kabar baik atau kabar yang
menggembirakan.
Jika
demikian, seperti apakah kebenaran Allah itu? Ada 2 pengertian yang harus kita
telusuri untuk mengerti kebenaran Allah, yang di dalamnya kita hidup dan
mendapat hidup yang kekal.
Kebenaran Manusia yang sesuai dengan
naluri
Seperti apakah kebenaran manusia? Kebenaran manusia itu
seperti konsep yang dimiliki oleh orang-orang farisi ketika berhadapan dengan
Tuhan Yesus yang dicatat di dalam Injil. Orang-orang farisi selalu mengutip
catatan-catatan Perjanjian Lama yang klimaksnya tertuang dalam Hukum Taurat.
Orang-orang farisi selalu mengarah kesana setiap kali memikirkan kebenaran.
Hukum Taurat berisi “… nyawa ganti nyawa,
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur
ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak.” (Kel. 21:23-25; Im.
24).
Demikianlah kebenaran manusia pada umumnya dan yang
diberlakukan dalam segi-segi kehidupan, baik dalam hubungan keluarga, hubungan
sosial, hubungan politik dan lain sebagainya. Sesuatu yang menyedihkan, jika
gerejapun terlibat melakukan hal yang sama. Kebenaran manusia selalu memikirkan
hubungan sebab akibat yang sebanding atau hukuman yang setimpal dengan
perbuatan. Itulah kebenaran manusia.
Jika ada yang salah idealnya mendapat sanksi yang
setimpal. Itulah sebabnya orang-orang yang ada di lembaga pemasyarakatan – yang
disebut orang penjara – mendapat tuntutan-tuntutan sesuai dengan kasus yang
dilakukannya. Setiap pelanggaran akan diperhadapkan dengan aturan-aturan yang
berlaku sesuai dengan undang-undang yang ada. Keberadaan yang demikian adalah
naluri manusia yang manusiawi. Tentunya tidak benar jika tidak ada
aturan-aturan, dan aturan-aturan itu disepakati sebelumnya. Dalam segala
sesuatu pasti ada aturan, dan jika aturan itu dilanggar kemudian dikenai
sanksi. Ini adalah kebenaran. Namun perlu diketahui bahwa itu adalah kebenaran
manusia.
Kebenaran Allah dalam kesempurnaan-Nya
Kembali diingatkan bahwa kebenaran manusia sangat berbeda
dengan kebenaran Allah. Tidak ada persamaan bahkan bisa dikatakan berbanding
terbalik. Jika kebenaran manusia seperti yang telah diutarakan di atas,
kebenaran Allah tidak demikian. Tuhan Yesus bersabda, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat
kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga
kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena
mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau
berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah
kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau
meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat. 5:38-44). Mungkin perlu kita
hening sejenak dan mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Bapa di surga untuk
merenungkan sedalam mungkin kutipan Injil Matius ini. Apakah mungkin manusia
mampu melakukan sebagaimana yang tercatat dalam nats ini? Silahkan pembaca
menjawab sendiri di dalam hati.
Inilah kebenaran Allah. Allah melakukannya dengan sungguh
untuk kita orang percaya. Jika kita sebut “loyal terhadap penghianat” dan
“mengasihi orang yang selalu membenci”, sangat cocok dengan keberadaan Allah.
Apakah pernah manusia berhenti berbuat dosa? Namun sebagaimana manusia yang
tidak pernah berhenti berbuat dosa demikianpun Allah tidak pernah berhenti
mengasihi. Sesungguhnya, ketika kita berbuat dosa, yang kita sakiti adalah hati
Allah. Ketika kita melanggar hukum atau aturan yang ada dalam Hukum Taurat,
yang kita abaikan adalah Firman Tuhan. Apakah Allah menuntut kita dengan
hukuman-hukuman yang setimpal? Paulus berkata, “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Kor. 5:21). “Kristus telah menebus kita dari kutuk Hukum
Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” (Gal. 3:13).
Setiap orang percaya tidak mendapat tuntutan dari Tuhan. Setiap orang percaya
hanya mendapat pengampunan dari Tuhan. Pengampunan yang sempurna. Pengampunan
yang melenyapkan setiap dosa, “sejauh
timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.”
(Maz. 103:12). Demikianlah kebenaran Allah itu. Kebenaran yang di dalamnya
setiap orang percaya hidup dan beroleh hidup yang kekal.
Orang Kristen hidup berdasarkan kebenaran Allah. Orang percaya hidup di dalam kebenaran Allah.
Jika kita mengaku sebagai orang Kristen, abaikanlah kebenaran manusia dan
aplikasikanlah kebenaran Allah. Allah sumber damai sejahtera akan memenuhi hati
dan seluruh kehidupan kita. Amin!
Oleh Pdt. Mangurup Siahaan
Tidak ada komentar untuk "Renungan Kristen yang Menginspirasi tentang Hidup Berdasarkan Kebenaran Allah - Roma 1:16-17"
Posting Komentar