Bukti Orang yang Dipanggil dan Dikasihi Allah - Roma 1:1-7
“Dari Paulus, hamba
Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan
Injil Allah. Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan
nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan
dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya
dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus
Tuhan kita. Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan
rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada
nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil
menjadi milik Kristus. Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi
Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai
kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus”. Roma 1:1-7
Jika suatu pertanyaan diajukan kepada seseorang –
terutama orang yang kekristenannya suam-suam kuku – dengan bertanya: “apakah
Anda dipanggil dan dikasihi Allah?” Kemungkinan berat untuk cepat-cepat
menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’ karena tidak mengerti kekristenan yang dianut selama
ini. Sebab sama halnya dengan pertanyaan yang berbunyi: “apakah Anda sudah
selamat atau belum?” Biasanya jawaban yang diberikan pada umumnya adalah, “kita
tidak mengetahui sudah selamat atau belum, sebab itu urusan Tuhan dan hanya
Tuhan yang mengetahui. Pada hal sudah jelas Yoh. 3:16 berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Sudah jelas ayat ini berkata setiap orang percaya tidak binasa melainkan
beroleh hidup yang kekal, namun tetap masih banyak orang Kristen yang tidak
mengetahui dia selamat atau tidak. Sebenarnya sesuatu yang aneh. Sebab tidak
mungkin sulit dimengerti, karena Alkitab adalah bahasa Indonesia yang mudah
dimengerti.
Paulus menulis surat kepada jemaat di Roma bukan untuk
pribadi melainkan kepada seluruh jemaat secara kolektif. Jika surat itu ditulis
untuk jemaat secara kolektif, berarti Paulus berkata kepada jemaat secara
keseluruhan bahwa mereka dipanggil dan dikasihi Allah. Sebab Paulus berkata, “Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma,
yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus ….”
(ayt. 7). Dengan berkata demikian, kita dapat memastikan bahwa setiap orang
percaya dipanggil dan dikasihi Allah. Sekalipun kita tidak bisa menjamin setiap
orang yang hadir di dalam gereja adalah seorang Kristen atau tidak. Karena
bukan hanya sekedar hadir di gereja. Lebih dari itu dia adalah orang yang
percaya dan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Sebab besar kemungkinan
orang-orang yang hadir di dalam gereja bukan anggota gereja – dalam arti orang
yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus – namun hanya sekedar ikut-ikutan
dengan motifasi yang lain. Tentu kepada orang yang demikian tidak turut serta
dalam golongan yang dimaksudkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma.
Apakah sidang pembaca adalah orang yang sungguh-sungguh
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam segala hal? Jika Anda
adalah orang percaya, maka Andalah orang yang dipanggil dan dikasihi Allah
tersebut. Namun demikian, dibarengi keyakinan yang kokoh tentang panggilan dan
kasih Allah kepada kita secara pribadi, kita harus merasakan panggilan dan
kasih Allah itu dengan hal-hal di bawah ini. Paulus berkata: “Kepada kamu sekalian … yang dikasihi Allah,
yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu
dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.”
(ayt. 7). Jika demikian, maka ada dua bukti yang dapat kita rasakan sebagai
orang yang dipanggil dan dikasihi oleh Allah.
1. Merasakan kasih karunia Allah
Apakah kasih karunia itu? Kasih
karunia adalah suatu pemberian secara cuma-cuma seperti hadiah. Diberikan dengan
hati yang senang dan gembira. Ayat 7 berkata, “… Kasih karunia menyertai kamu…”. Dari pernyataan ini kita ketahui
bahwa setiap orang percaya dijamin dengan kasih karunia Allah. Apa yang Tuhan
berikan kepada kita secara cuma-cuma? Tentu keselamatan yang tidak akan pernah
bisa diusahakan oleh siapapun dan dengan cara apapun. Kasih karunia ini
diberikan secara cuma-cuma dengan cara menutupi semua pelanggaran-pelanggaran
kita dan mengampuni dosa-dosa kita sampai tuntas. Itulah hidup yang kekal.
Hidup yang kekal bukan nanti atau yang akan datang, tetapi kini dan saat ini
telah dianugerahkan kepada kita setiap orang percaya.
Bagaimanakah perasaan yang dirasakan oleh orang yang menerima
kasih karunia itu? Inilah yang paling utama yang harus kita sadari dan kita
rasakan. Jika orang yang menyadari hidupnya hanya oleh kasih karunia, orang itu
pasti memiliki kasih karunia untuk orang lain. Orang yang memiliki kasih
karunia adalah orang yang gampang untuk memberi selagi memiliki sesuatu untuk
diberi. Mudah empati kepada orang lain dan bukan hanya simpati belaka dan tidak
berbuat apa-apa. Kasih karunia Allah yang dirasakan oleh seseorang akan
memotifasi dirinya untuk mengaplikasikan kasih karunia itu kepada sesamanya.
Sebagaimana teologi bukan hanya teori dan hanya
pengetahuan belaka, tetapi lebih dari itu bahwa teologi harus menjadi pola
hidup dan mempengaruhi hidup sehari-hari. Artinya, jika seseorang mengerti
teologi secara benar, maka pengertian itu pasti mempengaruhi hidup orang yang
bersangkutan. Demikian halnya kasih karunia. Jika seseorang mengerti kasih
karunia, maka pengertian akan kasih karunia itu pasti mempengaruhi hidup orang
yang bersangkutan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Merasakan damai sejahtera Allah
Damai sejahtera terdiri dari dua kata yaitu ‘damai’ dan
‘sejahtera’. Sebenarnya arti dari kedua kata ini hampir tidak berbeda. Damai
artinya tenang, tidak ada gejolak buruk, tidak ada perang dalam diri dan dengan
orang lain dan sejahtera artinya aman sentosa dan makmur atau terlepas dari
gangguan kesukaran. Dari segi pendefinisian dari kamus bahasa Indonesia, ‘damai
sejahtera’ artinya suatu kehidupan yang sungguh-sungguh tenang secara total dan
terlepas dari segala macam gangguan. Apakah mungkin manusia mengalami hal yang
demikian? Dengan yakin dapat kita pastikan bahwa tidak mungkin ada wujud
kehidupan tanpa gangguan dari kesukaran-kesukaran hidup. Oleh karena itu sudah
pasti berbeda kondisi dan pola ‘damai sejahtera’ yang diharapkan manusia dari
dan di dalam dunia ini dengan ‘damai sejahtera’ yang dari Tuhan Yesus.
Kenyataan itu pasti berbeda sebab Yesus bersabda, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai
sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang
diberikan oleh dunia kepadamu….” (Yoh 14:27). Tuhan Yesus jelas berkata bahwa apa yang Dia
berikan kepada orang percaya tidak seperti yang diberikan oleh dunia. Hal itu
sama sekali dan total berbeda. Jika kita hubungkan dengan perkataan Yesus
selanjutnya, maka akan semakin terbuka jalan untuk lebih mengetahui perbedaan
arti dan pola ‘damai sejahtera’ dunia ini dengan ‘damai sejahtera’ yang
diberikan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera
dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu,
Aku telah mengalahkan dunia.” (Yoh 16:33). Jelas dikatakan ayat ini bahwa
orang percaya di dalam dunia ini mengalami aniaya dan penderitaan. Dari
kenyataan ini sudah jelas perbedaan yang sangat menonjol antara ‘damai
sejahtera’ yang diberikan oleh dunia ini dengan ‘damai sejahtera’ Allah.
Orang percaya pasti dan selalu disertai ‘damai sejahtera’
Allah dalam suka dan duka, derita dan siksa. Damai sejahtera itu bukan pengaruh
dari luar diri tetapi oleh iman yang tertuju kepada Yesus, yang mengalahkan
segala sesuatu yang datangnya dari dunia ini. Orang percaya yang merasakan
damai sejahtera dari Allah, tidak akan gundah gulana sekalipun dunia ini goncang
dengan segala keadaannya. Justru menjadi suatu evaluasi bagi kita sebagai
komunitas gereja saat-saat menghadapi gejolak dunia ini namun seharusnya orang
percaya tidak kehilangan damai sejahtera. Sebab damai sejahtera itu bukan dari
dunia ini tetapi dari Allah. Perlu kita sadari bahwa segala sesuatu yang dari
Allah tidak akan terpengaruh oleh dunia ini.
Demikianlah kedua hal di atas menjadi Bukti Orang yang Dipanggil dan Dikasihi
Allah. Orang percaya seharusnya merasakan dengan sungguh-sungguh bahwa hidupnya
disertai senantiasa dengan kasih karunia Allah. Sekalipun dunia ini goncang
dengan semua tawaran dan pengaruhnya, namun damai sejahtera tidak akan pernah
hilang dari kehidupan orang percaya. Kedua hal ini, yaitu kasih karunia dan
damai sejahtera, akan selalu menyertai kehidupan orang percaya sampai
selamanya.
Oleh : Pdt. Mangurup Siahaan, M.Th
(Ketum Sinode GKBI
& YKKI)
Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31( juga di Matius 22 : 37 - 39 dan Lukas 10 : 27 ), sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :
BalasHapusUlangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 5, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha ]
Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "
[ Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha " ]
Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.
Diucapkan juga kalimat berkat seperti ini setelah diucapkannya Shema
" . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜✍🏼🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱