Renungan Kristen yang Menginspirasi Tentang Tenang Dalam Iman - Esra 1:1-4


Oleh Pdt. Mangurup Siahaan | Bacaan: Esra 1:1-4 

Orang yang tidak tenang adalah orang yang gelisah. Semua orang mengetahui hal ini. Masalahnya adalah, kenapa dia gelisah? Penyebabnya ada banyak kemungkinan! Kemungkinan dia tidak punya uang, sehingga gelisah memikirkan belanja besok tidak ada. Kemungkinan tidak punya pacar, akhirnya gelisah karena takut panglatu alias panglima lajang tua bagi laki-laki dan pratu alias perawan tua bagi perempuan. Dan, pokoknya banyak dah! Yang jelas masalah-masalah selalu membuat orang jadi gelisah alias tidak tenang. Apakah orang Kristen juga sering gelisah karena masalah? Wah, itu tidak perlu ditanya lagi! So, pasti! Karena orang Kristen pun manusia yang menusiawi to! Tidak ada orang yang kebal masalah. Oleh karena itu semua orang pasti pernah merasa gelisah. Namun demikian, kalau saat-saat tertentu gelisah adalah hal yang wajar. Tetapi kalau ada orang yang katanya orang Kristen, namun gelisah sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan dan seterusnya, itu bukan wajar lagi tapi kurang ajar. Sory ya! Bukan becanda tapi serius! Kenapa?

Orang Kristen seharusnya orang yang beriman. Orang yang seharusnya tahu siapa dia dihadapan Allah. Orang yang seharusnya tahu siapa Allah yang dia sembah. Orang yang seharusnya menyadari kasih Allah yang tertuju padanya dengan bukti pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Pemazmur berkata: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Maz. 23:4). Pemazmur mengaku ada yang menggelisahkan hati yaitu lembah kekelaman. Lembah kekelaman itu menggelisahkan jiwanya. Tetapi pemazmur juga menyadari ‘gada’ dan ‘tongkat’ Tuhan akan menghibur. Penyertaan Tuhan tidak akan pernah berkurang.

Orang Kristen adalah orang yang beriman. Kalau ada orang yang mengaku Kristen tetapi tidak memiliki keyakinan akan penyertaan Allah itu bukan Kristen. Dia cuma ngaku-ngaku Kristen padahal yang Kristen KTPnya tapi orangnya tidak. Sebab seseorang menjadi Kristen adalah karena panggilan Allah oleh Roh Kudus yang berkaya. Kepadanya dikaruniakan iman oleh Allah. Oleh iman yang dikaruniakan Allah dan dengan karya Roh Kudus seseorang mengaku Yesus adalah Tuhan (1 Kor. 12:3). Roh Kudus akan selalu meyakinkan seseorang yang terpanggil jadi Kristen tentang kasih Allah yang kekal. Demikianlah sesungguhnya seseorang disebut Kristen.

Namun demikian, sekalipun iman itu sesuatu yang dikaruniakan Tuhan, tetapi iman itu akan kandas kalau tidak ditaburi Firman Allah, karena iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rom.10:17; II Tim.3:10-17). Artinya iman yang dikaruniakan Allah kepada kita harus ditumbuh kembangkan melalui pembacaan Firman Tuhan. Supaya iman itu timbul atau tidak tenggelam. Kalau iman itu timbul maka apapun masalah yang menggelisahkan, kita dapat mengendalikan diri dalam pikiran, perasaan dan kemauan supaya kita tetap tenang. Itulah sebabnya seorang Kristen harus rajin baca Alkitab. Kalau tidak rajin – apalagi tidak pernah – itu yang dikatakan di atas tidak wajar tapi kurang ajar.

Esra 1:1-4 adalah cuplikan sejarah perjalanan Israel ketika tertawan di Babel pada tahun 538 SM. Keterangan nats ini memamerkan keberadaan umat Tuhan yang ada dalam rencana dan pemeliharaan Tuhan. Lebih tegas jika dikatakan bahwa umatNya itu ada dalam predestinasiNya. Jika kita renungkan gema iman melalui nats ini, sebagaimana dijabarkan pada poin-poin di bawah, kita akan memiliki ketenangan sekalipun dalam kesusahan atau penderitaaan. Sebab nats ini dapat menjadi dasar iman kita. Itulah sebabnya melalui nats ini, terbit judul renungan “Tenang dalam Iman”. Oleh sebab umatNya itu ada dalam predestinasiNya, maka ada 3 gema iman yang mewarnai kehidupan orang percaya sehingga dapat tenang.

 

1.            Janji Tuhan “Ya & Amin”.

Maksudnya apa sih? Tindakan raja Koresh untuk membebaskan bangsa Israel dari Babel yang tercatat pada Esr. 1:1-4 di atas, bukan perkara kebetulan atau tanpa rencana dari Allah. Tetapi kenyataan itu telah terencana dalam kekekalan dimana Tuhan menetapkan langkah-langkah umatNya. Seperti pemazmur mengaku dengan berkata: “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya” (Maz. 37:23). Allah memprogram sejarah umatNya itu dengan sempurna. Untuk hal ini kita harus merenungkan sedalam mungkin tentang kesempurnaan Allah. Sewaktu membuat rencanaNya Dia tidak butuh penasehat untuk teman diskusi sebelum menetapkan rencanaNya. Dia tidak pernah salah dan tidak bisa salah karena Dia sempurna. Dia adalah Pribadi yang sempurna dan kudus. Dia sama sekali tanpa dosa dan benar sama sekali (Im. 11:44-45; Maz. 85:13; 145:17; Mat. 5:48). Kekudusan-Nya juga mencakup kasihNya untuk melaksanakan maksud-maksud dan rencana-Nya. KesempurnaanNya mendukung keberadaanNya yang tidak berubah. Allah tidak berubah dalam berbagai kesempurnaan atau dalam maksud-Nya bagi umat manusia (Bil. 23:19; Maz. 102:27-28; Yes. 41:4; Mal. 3:6; Ibr. 1:11-12; Yak. 1:17). Itulah sebabnya semua janji Tuhan itu “ya & amin”. Artinya semua pasti tergenapi sesuai dengan rencanaNya yang kekal atau predestinasiNya.

Sesuai dengan informasi penanggalan sejarah Israel, pada tahun 538 diumumkan perintah Koresh yang terkenal, bahwa bangsa Yahudi diijinkan pulang ke Yerusalem dan membangun kembali Bait Allah (2 Taw. 36:22-23; Ezr. 1:1-4). Rencana itu telah diingatkan Tuhan kepada bangsa itu sekalipun belum terjadi penawanan atas mereka di Babel. Ratusan tahun sebelumnya Tuhan berfirman melalui nabi Yesaya, memberitahukan tentang kenyataan yang akan terjadi atas mereka di Babel kelak, yaitu tindakan raja Koresh tersebut. Sesuai dengan urutan tahun (kitab Yesaya ditulis kira-kira tahun 700 dan kejadian di Esra 1:1-4 tahun 538), berarti saat itu raja Koresh sendiri pun mungkin belum lahir. Dalam kitab Yesaya tercatat: “Akulah yang menggerakkan Koresh untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap," firman TUHAN semesta alam.” (Yes. 45:13).

Berarti kira-kira 200 tahun sebelumnya Allah telah memberitahukan tentang kisah Israel yang akan dibebaskan oleh seorang raja yang bernama Koresh dari tawanan di Babel. Juga berarti bahwa segala yang Tuhan janjikan, baik pemeliharaanNya terhadap umatNya kini dan selamanya, maupun hukuman yang akan menimpa orang berdosa akan terlaksana sebagaimana telah direncanakanNya dari semula. Itulah janji Tuhan yang “ya & amin” artinya pasti terlaksanan.

 

2.            Tuhan berkuasa atas segalanya

Dalam Esr. 1:1 dicatat bahwa Tuhan menggerakkan hati Koresh. Ini menunjukkan kuasa Tuhan yang ajaib. Kenapa? Tidak ada data yang menunjukkkan bahwa raja Koresh adalah bagian dari umat Tuhan. Saat itu semua raja-raja di dunia membenci umatNya. Seharusnya raja Koresh pun idealnya membenci Israel. Sangat mengherankan jika seorang raja yang tidak bersunat berbuat sesuatu yang baik terhadap umatNya. Tidak ada dalil dari seorang raja kafir yang tidak bersunat untuk berbelaskasihan kepada umat Tuhan. Namun sebagaimana Esr. 1:1 mencatat bahwa Tuhan menggerakkan hati Koresh, itu menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya dan baginya tidak ada yang mustahil (Mark. 14:36; Luk. 1:37). Tuhan berkuasa mengubah dan melembutkan hati manusia sekeras apapun. Bahkan catatan dalam Esra 1:4, mencatat, “Dan setiap orang yang tertinggal, di mana pun ia ada sebagai pendatang, harus disokong oleh penduduk setempat dengan perak dan emas, harta benda dan ternak, di samping persembahan sukarela bagi rumah Allah yang ada di Yerusalem.” Wah …, sebagai tawanan seharusnya tidak layak mendapat kebebasan. Kalau dikatakan tawanan pada zaman itu berarti sebagai budak dari sang penawan. Tidak ada jalan cerita yang berstatus budak mendapatkan perhatian yang begitu tinggi. Bahkan idealnya para tawanan diperlakukan semena-mena sebagaimana idealnya budak. Namun demikian, kita melihat dengan jelas keberadaan umat Tuhan – oleh raja Koresh – mendapat sokongan yang begitu tinggi. Perlakuan yang istimewa. Pengistimewaan yang luar biasa. Ini menunjukkan kuasa Tuhan yang luar biasa yang dapat melakukan apa saja. “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.” (Mat. 19:26). “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (Luk. 1:37).

 

3.            Tuhan memberi perhatian khusus kepada kita sebagai umatNya

Esra 1:3 berbunyi demikian: “Siapa di antara kamu termasuk umat-Nya, Allahnya menyertainya!” Bukankah ini perhatian khusus? Kalau kita mengaku sebagai umatNya, sebagai orang yang percaya bahwa Yesus Tuhan dan Juruselamat, umat tebusanNya melalui salib di golgata, tentu kita juga harusnya mengaku bahwa Tuhan yang punya rencana atas hidup kita. Dia memberikan perhatian khusus dari hal-hal sederhana sampai hal-hal yang luar biasa. Kita adalah umat yang spesial dihadapan Allah. Secara pribadi, kita adalah istimewa.

Sangat mengherankan jika seseorang mengaku sebagai orang Kristen tetapi tidak merasa dan meyakini diistimewakan oleh Tuhan. Kalau kita mengaku sebagai orang Kristen berarti kita mengaku bahwa untuk kita – secara pribadi – Tuhan Yesus menyerahkan diriNya disalibkan karena dosa-dosa kita. Untuk kita – lagi-lagi secara pribadi – Allah menanggung hal yang menyakitkan itu demi kasihNya. Bukankah kenyataan itu layak sebagai pegangan kita bahwa kita istimewa di hadapan Tuhan? Atau masihkan kita layak meragukan kasih Allah?

Setiap orang yang kurang percaya tentang kasih Allah berarti dia mencurigai Tuhan. Setiap orang yang mencurigai Tuhan … apa ya? Mungkin orang yang tidak percaya kepada Tuhan atau yang curiga kepada Tuhan berarti lebih percaya kepada Iblis. Ya …, ampun! Ngeri amat! Iblis ko’ dipercaya? Anda tau siapa Iblis itu? Yesus berkata: “… Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yoh. 8:44). Iblis adalah pendusta dan biangnya dusta. Tentu tidak ada dasar untuk percaya kepada pendusta. Lagian siapa yang mau percaya? Ih …, gila kali!

Jadilah tenang dalam iman. “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1). Dasar kita untuk berharap adalah janji Allah yang “ya dan amin” pada poin pertama di atas. Bukti yang menjadi pegangan bagi kita adalah bahwa Tuhan Yesus rela mati disalibkan untuk menanggung dosa kita. Sekalipun Dia berkuasa dalam segala perkara tetapi Dia rela menyerahkan nyawaNya dan mati di kayu salib demi kasihNya. Anda percaya akan hal ini? Jadilah menurut imanmu!

Tidak ada komentar untuk "Renungan Kristen yang Menginspirasi Tentang Tenang Dalam Iman - Esra 1:1-4"