Renungan Kristen Tentang Mencari Kerajaan Allah - Matius 6:33
Oleh Pdt. Mangurup
Siahaan
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat.6:33)
Mencari kerajaan Allah? Mau cari
kemana? Apakah Kerajaan Allah sesuatu yang kita cari? Kalau kita cari,
bagaimana caranya supaya mendapat? Bingung kan! Makanya …, jangan sembarang
ngomong! Eh …, sori bukan marah! Becanda ko’!
Matius 6:33 ini adalah salah satu
ayat yang paling sering dikutip para pengkhotbah dan juga jemaat awam. Berbagai
pendekatan dilakukan orang untuk menafsirkan dan mengaplikasikan ayat ini. Ada
yang berpikir, kalau dikatakan mencari Kerajaan Allah itu artinya mengutamakan
ke gereja dulu. Ada yang mengatakan kalau bangun pagi setiap hari berdoa dulu.
Bahkan membayar persepuluhan pun dianggap mendahulukan Kerajaan Allah. Sesuai
dengan konteksnya – yaitu hal kekuatiran tentang apa yang akan kita makan dan
pakai – banyak orang menafsirkan dengan berkata, kalau kita bekerja untuk
kebutuhan kita sehari-hari semuanya akan beres asalkan kita mengutamakan Tuhan dalam
segala hal.
Ada banyak perumpamaan yang diangkat
oleh Tuhan Yesus sebagai metafora Kerajaan Allah. “… Kerajaan Allah itu:
seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur
dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu
makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.” (Mar.
4:26-27). Perumpamaan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah itu adalah misteri.
Setelah itu Yesus langsung menyambung dengan perumpamaan lain tentang Kerajaan
Allah. “Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah.
Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di
bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada
segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga
burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” (Mar.4:31-32).
Disini Yesus menggambarkan Kerajaan Allah itu sesuatu yang sederhana (biji
sesawi yang kecil) namun bila tiba waktunya – sesuai rencana Allah – akan nyata
kuasa dan kemuliaan Allah yang ajaib.
Dalam Injil Matius, Tuhan Yesus
memakai istilah Kerajaan Sorga. Namun pada hakekatnya memiliki arti yang sama
dengan istilah Kerajaan Allah. Yesus mengumpamakannya seperti benih yang baik
ditaburkan di ladang. Tetapi ada musuh yang menaburkan benih lalang hingga
tumbuh di ladang itu juga (Mat. 13:24-30). Ini menggambarkan tindakan Iblis
yang merusak pekerjaan Allah dalam hidup umatNya. Hal Kerajaan Sorga
diumpamakan juga kepada berbagai hal, seperti: ragi yang diambil seorang
perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu (Mat. 13:33); harta yang
terpendam di ladang, (Mat. 13:44); mutiara yang indah (Mat. 13:45); pukat yang
dilabuhkan di laut (Mat. 13:47); tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru
dan yang lama dari perbendaharaannya (Mat. 13:52); seorang raja yang hendak
mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya (Mat. 18:23); seorang raja, yang
mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya (Mat. 22:2); seperti seorang yang mau
bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan
hartanya kepada mereka (Mat. 25:14). Berbagai metafora dipaparkan untuk
menerangkan Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah dan masing-masing memiliki
pengertian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya.
Namun demikian, sekalipun berbagai
perumpamaan yang telah diungkapkan Yesus telah kita lihat di atas, karena
memiliki pengertian dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan konteksnya, kita
tidak bisa mengkalimatkannya dalam satu kalimat. Sekalipun kita mendapat
gambaran yang jelas tentang Kerajaan Allah dari perumpamaan-perumpamaan di
atas, tetapi kita tidak bisa memutlakkannya kepada satu pengertian saja. Namun
kita sudah dapat memastikan bahwa Kerajaan Allah atau Kerjaan Sorga itu menjadi
akhir tujuan hidup kita sebagai umat pilihanNya. Itu terbukti dari banyaknya
perumpamaan-perumpamaan dengan berbagai hal diungkapkan oleh Tuhan Yesus, agar
kita menyadari bahwa itu adalah tujuan hidup orang Kristen.
Dibagian lain dalam Alkitab Tuhan
Yesus banyak berkomentar tentang orang-orang seperti apakah yang akan masuk ke
dalam Kerajaan Allah itu. Disalah satu kisah, Yesus pernah berkata: “Biarkan
anak-anak itu datang kepada-Ku, … sebab orang-orang yang seperti itulah yang
empunya Kerajaan Allah” (Mar. 10:14). Tentu kita setuju jika banyak
pengkhotbah menafsirkan bahwa kepolosan dan ketulusan seseoranglah yang
dimaksudkan seperti anak-anak. Oleh sebab itu, yang mendapat Kerajaan Allah itu
adalah orang-orang yang polos dan tulus. Halo …, pembaca yang budiman, apa masih
ada orang yang polos dan tulus di akhir zaman ini? Ha …, ha …, ha …, aduh …, ga
usah jauh-jauh dah! Dari terbit sampai terbenamnya matahari, manusia berselimut
dosa. Tulus apaan?
Kalau demikian ada satu pertanyaan
yang perlu kita tanyakkan! Dapatkah manusia masuk ke dalam Kerajaan Allah?
Inilah pertanyaan yang sesungguhnya kita tunggu-tunggu. Kenapa? Yesus berkata: “Lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah.” (Mar. 10:25). Wah …, sepertinya pernyataan Tuhan Yesus ini
agak janggal. Kenapa? Bagaimana mungkin seekor unta melewati lobang jarum!
Pasangan lobang jarum adalah benang. Sedangkan memasukkan benang kelobang jarum
aja, orang yang sudah batas umur tertentu harus memakai kaca mata plus satu atau
dua dan itu pun kewalahan. Ini malah dibilang unta masuk lobang jarum! Janggal
kan! Maksudnya apa? Pernyataan Tuhan Yesus dengan membandingkan lebih mudah
seekor unta masuk melewati lobang jarum adalah untuk menunjukkan
ketidakmungkinan untuk mencari Kerajaan Allah apalagi mendapatkannya. Disini
Tuhan Yesus memberitahukan bahwa tidak ada jalan bagi manusia untuk mendapatkan
Kerajaan Allah.
Karena Tuhan Yesus menghubungkannya
dengan seorang kaya, mungkin ada orang yang berpikir dan berkata, yang menghalangi
seseorang untuk mendapatkan Kerajaan Allah adalah kekayaannya. Paulus berkata: “Sebab
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, …”
(Rom.14:17). Kekayaan disini sama dengan Markus 10:25, yaitu kemampuan dan kemapanan
bahkan berlimpah-ruannya kebutuhan makanan dan minuman juga pakaian yang
disebut materi. Namun dari perkataan Paulus ini, kita dapat mengetahui dengan
pasti bahwa Kerajaan Allah tidak berhubungan dengan kekayaan materi. Paulus
berkata Kerajaan Allah itu bukanlah soal makanan dan minuman. Kerajaan Allah
itu soal kebenaran. Tentu kita mengetahui dari Alkitab, tidak ada kebenaran di
luar Yesus. Sebab Yesus berkata: “Akulah … kebenaran …” (Yoh.
14:6). Yesus bukan hanya mengajarkan
kebenaran, bukan hanya mampu melakukan kebenaran tetapi Dia adalah kebenaran.
Sekalipun demikian, kita tidak bisa
mencari Kerajaan Allah dan mendapatkannya dengan usaha kita untuk percaya
kepada Yesus. Sebab untuk percaya kepada Yesus bukanlah usaha kita. Yesus
berkata: “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia
tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku …” (Yoh. 6:44). Paulus juga
berkata: “Karena itu aku mau meyakinkan kamu, … tidak ada seorang pun, yang
dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.” (1 Kor. 12:3). Panggilan sorgawi diwujudnyatakan Allah
kepada kita oleh kuasa Roh Kudus yang berkarya dalam hidup kita. Allah berkarya dengan cara yang
lembut dan menyejukkan hati hingga kita sangat tertarik kepadaNya. Itu bukan
usaha tetapi kasih karunia Allah untuk kita sebagai umat pilihanNya (Ef.
2:8-9).
Jika demikian – dalam hal mencari
Kerajaan Allah – ada 2 pertanyaan yang
harus terjawab dan pasti terjawab:
1.
Apakah orang percaya perlu mencari
Kerajaan Allah?
Seseorang yang mencari
berarti seseorang yang berusaha mendapat, menemukan atau memperoleh. Sesuai
dengan keterangan di atas, hal Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang dapat
diusahakan. Dengan cara apapun seseorang tidak akan pernah mendapat Kerajaan
Allah. Kerajaan Allah tidak sama seperti mencari suatu alamat untuk kita
temukan. Kerajaan Allah tidak sama seperti memilih beberapa tempat dan setelah
kita temukan satu tempat yang cocok lalu kita masuk. Dalam hal apapun tidak ada
cara bagi kita untuk mendapatkan Kerajaan Allah.
Dalam hal berbuat baik, Yesaya berkata: “…
segala kesalehan kami seperti kain kotor …” (Yes. 64:6). Dalam hal berdoa,
Paulus berkata: “… sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa
…” (Rom. 8:26). Dalam hal mengasihi, Petrus sebagai rasul
dan salah satu tokoh terpopuler sesudah kebangkitan Tuhan Yesus dan pribadi
yang paling banyak tampil sebelum Tuhan Yesus bangkit, tetap gagal memenuhi
permintaan Yesus dalam hal mengasihi. Kenyataan itu sesuai dengan dialog antara
Yesus dengan Petrus yang tercatat dalam Yoh. 21:15-19 demikian: Yesus berkata,
Simon, apakah engkau mengasihi (agapaw = agapao) Aku lebih dari pada mereka ini? Jawab Petrus
kepada-Nya: Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (jilew = phileo) Engkau. Yesus minta agape tetapi Petrus hanya
philea. Agapao adalah kasih yang kekal tanpa melihat kelemahan dan dosa orang
lain. Dengan agapao Allah rela berkorban
hingga nyawaNya diserahkan di kayu salib. Sedangkan philea adalah kasih yang
bersifat sementara yang selalu berubah-ubah dan selalu dilatarbelakangi perasaan
senang, setuju, simpati dan lain sebagainya yang senada dengan itu. Tuhan Yesus
sampai tiga kali meminta agapao tetapi Petrus tetap philea.
Lagi-lagi kita bertanya:
Apakah orang percaya perlu mencari Kerajaan Allah? Paulus berkata: “… oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus
Yesus.” (Rom. 3:23-24). Kita telah dibenarkan, dan Kerajaan Allah adalah
soal kebenaran, (Rom.14:17). Oleh sebab itu, kita dapat memastikan setiap orang
percaya bahwa Yesus Tuhan dan Juruselamat adalah orang benar. Orang yang benar
berada dalam kebenaran dan kebenaran itu adalah Kerajaan Allah. Dengan
demikian, orang percaya – yang adalah
orang benar itu – tidak mencari Kerajaan Allah lagi karena telah berada dalam
Kerjaan Allah atau telah mendapatkannya. Setiap orang percaya sudah berada di
dalam Kerajaan Allah. Mereka adalah umat pilihan Allah yang telah dipilih dan
ditentukan sebelumnya.
Orang yang mencari kerajaan Allah berarti belum
mendapatkannya. Orang itu adalah orang berdosa dan bukan orang benar. Orang itu
masih tenggelam di dalam dosa dan tinggal di dalam dosa. Orang itu adalah orang
yang tidak percaya kepada Yesus Kristus. Apakah anda percaya bahwa Yesus adalah
Tuhan dan Juruselamat? Apakah anda percaya bahwa semua dosa anda telah Dia
tanggung di kayu salib? Kalau anda percaya berarti anda orang benar. Kalau anda
orang benar berarti anda tidak perlu mencari Kerajaan Allah karena anda telah
berada di dalam Kerajaan Allah! Ada amin …?
Haleluya!
Baca juga:
* Renungan Kristen Tentang Luput Dari Masalah
* Renungan Kristen Tentang Bijaksana Meresponi Masalah
* Saat Teduh Tentang Allah Kekuatanku
2. Apakah orang percaya harus dilanda
kekuatiran lagi?
Karena
Mat. 6:25-34 dilatarbelakangi oleh hal kekuatiran, maka perlu kita tanyakan
seperti poin kedua ini. Tuhan Yesus berkata: “… Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai …” (Mat. 6:25). Ditambah
dengan retorika Yesus, membandingkan dengan burung-burung di langit yang tidak
menabur, tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi
makan oleh Allah. Bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa
memintal namun dibuat indah oleh Allah. Apakah hubungannya dengan Kerajaan
Allah dimana orang percaya telah berada di dalamnya?
Sungguh
sangat menyedihkan jika orang percaya tidak menyadari hal ini. Kenapa? Jika
yang kekal yaitu Kerajaan Allah telah menjadi milik orang percaya, apalagi yang
sementara! Mungkinkah Allah tidak memperhatikannya? Yang terutama telah
diberikan Allah secara cuma-cuma, tentu Dia akan menyempurnakan sampai
akhirnya. Namun tidak ada catatan di Alkitab bahwa perjalanan umat pilihanNya
itu mulus tanpa masalah. Bahkan justru lewat masalah-masalah Tuhan menyatakan
karyaNya, dengan tujuan supaya nama Yesus dimuliakan.
Dalam hal
masalah-masalah hidup, tidak ada yang merupakan celaka bagi orang percaya. Bagi
orang percaya semuanya berkat dan tidak ada kutuk. Penderitaan adalah karunia
(Flp. 1:29), bahkan yang menjadi kebahagiaan bagi orang percaya adalah: “…
miskin di hadapan Allah, dukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran,
murah hati, hati yang suci, membawa damai, dianiaya oleh sebab kebenaran,
dicela dan dianiaya dan difitnahkan segala yang jahat karena Yesus. (Mat.
5:3-11). Semuanya ini adalah berkat yang mendatangkan berkat. Paulus
menegaskan: “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom. 8:28). Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu. Artinya dalam segala keadaan dan segala yang
terjadi dari seluruh aspek hidup orang percaya mendatangkan kebaikan. Dengan
keterangan yang demikian dari Firman Tuhan, pantaskah orang percaya selalu
dilanda kekuatiran?
Kerajaan Allah adalah tempat yang aman. Tidak ada
yang perlu ditakutkan, diragukan dan dikuatirkan. Paulus berkata: “Sebab aku
yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.” (Rom. 8:38-39). Yohanes juga berkata: “Dalam hal
inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah
mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.”
(1 Yoh. 4:9). Apakah anda dilanda kekuatiran? Jangan dong! Serahkan seluruhnya
kepada Dia yang memelihara kita (1 Pet. 5:7).
Baca juga:
Tidak ada komentar untuk "Renungan Kristen Tentang Mencari Kerajaan Allah - Matius 6:33"
Posting Komentar