Renungan Hari Ini Tentang Berkat Kerukunan - Mazmur 133:1-3
Oleh Pdt. Mangurup Siahaan | Bacaan: Mazmur 133:1-3
Sesungguhnya
hidup rukun adalah nuansa hidup yang didambakan oleh semua orang. Apakah yang
dimaksud dengan “rukun”? Menurut kamus Bahasa Indonesia “rukun” adalah baik dan
damai atau tidak bertengkar. Jika kehidupan itu rukun, berarti disana tidak ada
pertengkaran dalam bentuk apapun. Kehidupan yang rukun adalah kehidupan yang
damai, tidak ada perselisihan yang berujung kepada pertengkaran atau
perkelahian apalagi perpecahan. Tentu kehidupan yang rukun adalah kehidupan
yang indah. Oleh karena itulah sehingga dikatakan bahwa sesungguhnya hidup
rukun adalah nuansa hidup yang didambakan oleh semua orang. Tanpa terkecuali,
besar kecil, tua muda, kaya miskin dan semua jenis profesi manusia tanpa
terkecuali pasti menyukai hidup rukun. Di dalam rumah tangga, semua orang pasti
senang dengan rumah tangganya rukun. Di dalam pekerjaan, pasti semua orang
senang kalau dalam pekerjaan tersebut semua pekerja hidup dengan rukun. Di
dalam gereja, pendeta dengan jemaat serta semua yang terlibat dalam pelayanan
itu menjadi sangat indah kalau hidup rukun.
Itulah
sebabnya dalam nyanyian ziarahnya Daud berkata, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam
bersama dengan rukun!” Salah satu dari dua ilustrasi yang dipakai Daud, dia
mengibaratkan, “Seperti embun gunung
Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion.” Gunung Hermon adalah gunung
tertinggi di Palestina. Oleh karena itu, sangat mudah dimengerti bahwa embun
dari gunung Hermon, turun dan mengalir bagaikan sungai ke atas berbagai gunung
Sion. Dari gunung-gunung Sion akan mengalir ke sungai Yordan dan selanjutnya
bermuara ke danau Galilea. Tentu berita yang tidak asing lagi, bahwa danau
Galilea yang menghidupi beberapa Negara Timur Tengah hingga sekaran ini dan
dipastikan untuk selama-lamanya.
Selanjutnya
Daud berkata, “Sebab ke sanalah TUHAN
memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.” Ini dia hal yang
paling menyukakan dari kehidupan yang rukun. Kalau dikatakan “Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan
berkat,…”, ke sana itu, kemana? Ke sana itu adalah kepada kerukunan itu!
Artinya Tuhan memerintahkan berkat kepada kerukunan itu. Artinya Tuhan pasti
memberkati orang-orang yang hidup rukun. Ketika kehidupan dalam keluarga, dalam
pekerjaan dan dalam pelayanan dirasakan kehidupan yang rukun, pasti diberkati
Tuhan karena itulah janji Tuhan. Tetapi kerukunan bukan syarat berkat, karena
berkat Tuhan selalu tanpa syarat. Namun kerukunan itu adalah tanda atau bukti,
artinya, kalau hidup kita rukun, pasti diberkati sampai selama-lamanya.
Baca juga Renungan Mazmur :
* Berdiam Diri ditengah Keributan - Mazmur 46:11
* Bijaksana Mengatasi Amarah - Mazmur 37:1-11
* Bijaksana Menghadapi Kesulitan - Mazmur 138:1-8
Namun
demikian, sekalipun hidup rukun adalah nuansa hidup yang didambakan oleh semua
orang, fakta membuktikan, bahwa kebanyakan kehidupan manusia diseluruh dunia
ini mengalami krisis kerukunan. Kehidupan yang sungguh-sungguh rukun itu nyaris
tidak ditemukan. Berdasarkan fakta yang sungguh-sungguh nyata, terjadi dalam
kehidupan manusia diseluruh belahan dunia mengalami ketidakrukunan karena
pertengkaran, perpecahan, permusuhan dan kebencian selalu ada. Apakah ini
karena dosa? Dipastikan demikian! Akan tetapi jika dosa dijadikan “kambing
hitam” atau hal yang menjadi tumpuan perhatian untuk dijadikan penyebab
kesalahan, tentu dipastikan bukan jalan keluar dari masalah ketidakrukunan.
Dosa adalah masa lalu yang tidak perlu dipermasalahkan. Kenapa tidak perlu
dipermasalahkan? Jawaban yang pasti adalah karena dosa telah dibereskan oleh
Tuhan Yesus di kayu salib bagi seluruh kehidupan orang percaya. Oleh karena
itu, dosa tidak perlu menjadi kambing hitam dalam hal ketidakrukunan manusia.
Berdasarkan
fakta-fakta yang tidak perlu pembuktian, berikut ini ada 2 penyebab utama
ketidakrukunan.
1.
Kecenderungan
mencari kepentingan sendiri
Mencari kepentingan sendiri atau mementingkan kepentingan
sendiri adalah salah satu sifat yang sulit lepas dari diri manusia. Apakah ini
telah menjadi sifat alami manusia? Kemungkinan demikian! Tatapi semua orang
pasti tidak menyukai orang yang selalu mementingkan diri sendiri. Kalau ada
orang selalu mementingkan diri sendiri, pasti kehidupannya tidak disukai orang
lain. Kita pun tidak setuju dengan orang yang selalu mementingkan diri sendiri.
Yang sedikit aneh, semua orang tidak suka terhadap orang yang selalu
mementingkan diri sendiri, tetapi sifat mementingkan diri sendiri sulit lepas
dari semua orang.
Paulus dengan begitu lugas dengan penuh Roh Kudus kepada
jemaat di Filipi berkata,
“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan
kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu
sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu
kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah
tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa
Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut
segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi
kemuliaan Allah, Bapa! Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa
taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan
saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku
tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada
bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan
yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara
mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman
kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma
berlomba dan tidak percuma bersusah-susah.” (Filipi 2:1-16)
Dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada
persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, bukan kepentingan sendiri
atau egoisme.
Baca juga:
* Renungan Hari Ini Tentang Iman Mengalahkan Dunia - 1 Yohanes 5:1-5
* Renungan Kristen Tentang Menenangkan Hati
* Keilahian dan Kemanusiaan Kristus
2.
Tidak
menyadari kesempurnaan Allah dan rencanaNya
Seharusnya setiap orang percaya sadar bahwa kesempurnaan
Allah dan rencanaNya adalah penentu kehidupannya. Karena rencana Allah sempurna
dalam kehidupan umatNya, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan ini, tidak akan pernah meleset dari semua yang telah direncanakan
oleh Tuhan. Segala sesuatu yang telah direncanakan Tuhan pasti tergenapi secara
sempurna. Berkatnya sempurnya. Artinya adalah, berkatnya tidak akan pernah
meleset, tidak akan pernah terlambat, dan tidak akan pernah berkurang. Dosa
manusia tidak akan pernah mengurangi berkat Tuhan. Dosa manusia tidak akan
pernah memperlambat berkat Tuhan dan tidak akan pernah menghambat berkat Tuhan.
Kalau sampai ada pemikiran bahwa dosa manusia akan mengurangi, memperlambat dan
bahkan menghambat berkat Tuhan, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya orang yang
berpikir demikianlah orang yang tidak akan diberkati Tuhan.
Banyak orang percaya yang kurang atau tidak menyadari hal
itu, yaitu bahwa Allah sempurna dan sempurna juga rencana yang telah Dia
rencanakan untuk umatNya sebelum dunia dijadikan. Tuhan pasti mengasihi umatNya
dalam segala kelemahannya. Pemazmur mengaku, “Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada
TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.” (Mazmur 32:10).
Amin Terpujilah Tuhan saya. Sangat diberkati dengan Firman Tuhan hari iniππ
BalasHapusSaya terberkati sekali oleh kebenaran firman Tuhan ini Amen
BalasHapus