Bukti Panggilan Kristiani
Oleh Pdt. Mangurup Siahaan
Kekristenan adalah panggilan. Kekristenan berbeda dengan agama pada
umumnya. Agama pada umumnya adalah sebuah keinginan dari manusia. Agama adalah
buatan atau ciptaan manusia. Seseorang yang ingin beragama cukup dengan memilih
suatu agama resmi atau yang diakui negara – secara khusus di Indonesia sebagai
negara pancasila – dengan demikian ia menjadi komunitas kepercayaan tertentu.
Intinya manusia memilih agamanya atau keyakinannya. Demikianlah pada umumnya
semua kepercayaan atau agama-agama, yang oleh kehendak manusia sehingga
menciptakan agama bagi dirinya sendiri.
Banyak orang berpikir bahwa menjadi Kristen adalah keputusan sendiri.
Atau mungkin berkata “aku telah dilahirkan dalam keluarga Kristen”. Bahkan ada
juga yang mengaku: “ah.., saya kan sudah jadi Kristen semasih dalam kandungan
orang tuaku! Benarkah demikian? Sangat berbeda!
Kekristenan sangat berbeda dengan agama pada umumnya karena kekristenan adalah
panggilan Allah. Menjadi Kristen bukan karena kehendak manusiawi tetapi adalah
total kehendak Allah. Allahlah yang menghendaki seseorang menjadi Kristen.
Kekristenan bukan pilihan dan kehendak manusiawi tetapi pilihan dan kehendak
Allah. Dalam Yoh. 6:44 tercatat : “Tidak ada seorang pun yang dapat datang
kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan
Kubangkitkan pada akhir zaman.” Ditarik oleh Bapa …, bukan berarti ditarik
paksa melainkan dibuat tertarik oleh Bapa. Cara Allah yang luar biasa itu,
mempengaruhi seseorang – yang sebelumnya kurang dan bahkan tidak tertarik –
yang kemudian menjadi tertarik.
Saya terkesan
dengan keterangan seorang dosen yang bernama Petrus Mariono, dalam kuliah S2
pada mata kuliah eksposisi kitab Roma menerangkan cara Allah memanggil umatNya.
Dia berkata pada dasarnya manusia yang berdosa itu menolak untuk menerima
kebenaran atau tidak tertarik kepada Allah.
Namun Allah yang Mahakuasa itu, dengan kasihNya membuat umat
panggilanNya itu hingga tertarik kepadaNya. Umat itu dibuatNya menjadi cinta
akan Dia dan menjauh dari dosa. Diibaratkan seorang gadis yang dirayu oleh
seorang pemuda. Ini rayuan yang tulus lo! Bukan rayuan gombal! Tentu tidak
semua dong, rayuan itu gombal! Betul ga? Sebelumnya si-gadis tidak suka kepada
si-pemuda itu. Namun si-pemuda datang dengan penuh ketulusan merayu si-gadis
dan mencurahkan kasihnya. Akhirnya si-gadis mulai merasakan dan melihat
ketulusan si-pemuda itu. Pada malam hari si-gadis tidur dengan memeluk bantal
guling. Yang dipikirkan bukan bantal guling yang kurang besar atau kasur yang kurang
empuk, tetapi ketulusan si-pemuda yang telah membuatnya tertarik, terharu dan
terpesona. Dia tidak sabar menunggu hari esok untuk bertemu kembali. Dia
merindukan si-pemuda itu. Kasih yang tulus dari si-pemuda itu telah membuat
si-gadis tidak kuasa untuk menolak cintanya. Akhirnya si-gadispun menyerahkan
diri dan mengasihi si-perayu yang tulus ikhlas yaitu si-pemuda tersebut.
Demikian
diibaratkan panggilan Allah itu terwujud-nyata kepada kita. Oleh kuasa Roh
Kudus, Allah berkarya untuk mewujudkan panggilanNya. Sekalipun manusia yang
berdosa itu tidak tertarik kepada Allah, tapi dengan segala kuasa-kasihNya
Allah berkarya dalam hati kita, hingga kita tertarik kepada Allah dan kita
berkata ‘ya’ dan ‘amin’ untuk panggilan Tuhan.
Jika demikian,
apakah bukti seseorang terpanggil dan datang kepada Tuhan Yesus? Atau apakan
buktinya jika kita sungguh-sungguh orang Kristen? Karena kekristenan itu bukan
pilihan kita tetapi panggilan Allah. Kristen ada oleh karena Allah memanggil
umatNya. Itu kehendak dan rencana Allah dan bukan kehendak dan rencana manusia.
Berikut ini saya mencatat 2 bukti yang
harus nyata sebagai petunjuk bahwa kita adalah orang Kristen
1.
Tertarik
Seorang Kristen
idealnya tertarik kepada Tuhan Yesus. Dalam segenap kehidupan seorang Kristen
terarah kepada Tuhan Yesus dan tak sedikitpun kepada diri sendiri. Seorang
Kristen sadar bahwa Tuhan Yesus selalu memperhatikannya. Dia percaya bahwa
Tuhan Yesus selalu menolong dikala jatuh dan memberikan kekuatan dikala ditimpa
berbagai masalah. Dalam hatinya tidak pernah curiga melainkan selalu percaya
kasih Tuhan Yesus. Oleh sebab dia selalu tertarik kepada Tuhan Yesus.
Seorang Kristen
juga akan tertarik kepada pekerjaan Tuhan. Dalam pelayanan gerejawi seorang Kristen akan
berpikir tentang sesuatu – apa yang harus dia perbuat. Diakonia
(melayani) adalah tugas panggilan khusus. Seperti halnya Tuhan Yesus datang ke
dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani (Mark. 10:45; Yoh.
13:1-20). Seorang Kristen harus berpikir tentang apa yang harus dia lakukan untuk
Tuhan Yesus. Dia akan berkata seperti
Paulus berkata : “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku
bekerja memberi buah. … ” (Flp. 1:21).
Seorang Kristen
akan tertarik kepada persekutuan di dalam Tuhan. Seorang Kristen tentunya akan
selalu rajin kegereja. Karena wujud panggilan Tuhan melalui Koinonia
(bersekutu). Sebagai tubuh Kristus memiliki tugas panggilan untuk
mempersekutukan diri dengan anggota tubuh lainnya. Jika anggota tubuh yang satu
menderita, maka penderitan itu menjadi penderitaan seluruh anggota tubuh (I
Kor. 12:12:26).
Juga dalam hal Marturia
(bersaksi). Panggilan untuk bersaksi dilakukan dengan kata-kata dan perbuatan.
(Mat. 28:16-20; I Yoh 3:17-18; Yak. 2:15-17; I Kor 15:58). Tuhan Yesus sendiri
dengan jelas mengatakan, bahwa nilai kasih dan pelayanan kita kepadaNya
ditentukan berdasarkan apa yang telah dan akan kita perbuat kepada sesama kita
(Mat. 25:31-46).
Hal-hal tersebut
di atas adalah bukti panggilan Kristen. Jika anda sungguh-sungguh orang
Kristen, hal-hal di atas harus menjadi bukti yang nyata dari dan di dalam
hidup. Kalau hal-hal itu tidak terlihat atau tidak nyata dalam hidup anda,
wah…, wah…., wah…, jawab sendiri aja dah!
Baca juga:
* Renungan Kristen Tentang Kelemah Lembutan
* Penginjilan di tanah Borneo - Kalimantan Barat
* Saat Teduh Keluarga Kristen (1)
2.
Bertobat
Kata bertobat berasal
dari kata Yunani “mhtahoia” (metanoia). Kata ini berasal dari dua kata yaitu ‘meta’ artinya
perubahan dan ‘nous’ artinya akal budi. Kata ‘metamorfosis’ dalam bahasa
Indonesia yang berarti “perubahan bentuk atau susunan; peralihan bentuk
(misalnya dari ulat menjadi kupu-kupu)”, berasal dari kata ‘meta’ dalam bahasa
Yunani. Dari definisi kata metanoia ini mempunyai pengertian ‘mengalami
perubahan akal budi. Pengertian bertobat adalah seseorang mengalami perubahan
akal budi. Perubahan itu adalah perubahan yang dinamis. Artinya perubahan yang
meningkat kearah yang positif, dari kenyataan tidak baik ataupun tidak benar
menjadi baik atau benar.
Rasul Paulus
kepada jemaat di Roma berkata : “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.” (Rom. 12:2). Kata yang dipakai adalah ‘metamorphoo’ untuk mengubah bentuk
(secara harafiah atau secara kiasan “berubah bentuk”), merubah rupa. Paulus
menuntut suatu perubahan pada jemaat Roma. Namun Paulus menyadari penuh bahwa
perubahan itu bukan perubahan duniawi yang bisa dilakukan manusia dalam dosa.
Perubahan itu adalah perubahan ‘oleh pembaharuan budimu’, maksudnya
perubahan yang terjadi oleh karena telah terlebih dahulu terjadinya pembaharuan
budi. Dapatkah terjadi pertobatan dalam diri orang yang belum percaya kepada
Tuhan Yesus? Hal itu tidak mungkin! Karena bertobat dalam hal ini adalah
percayanya seseorang kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jika
Paulus berkata “berubahlah oleh pembaharuan budimu”, itu artinya
terlebih dahulu telah terjadi pembaharuan budi oleh Roh Kudus dalam diri kita,
barulah memungkinkan untuk bertobat.
Pertobatan terutama bukan hanya sebatas perubahan tingkah laku yang bisa
kelihatan baik tetapi munafik. Dahulu suaranya keras-keras sekarang jadi
lembut-lembut supaya orang lain berkata “oh … luar biasa, orang itu sudah
bertobat”. Orang bilang ‘purba’ alias pura-pura baik. Sebagai contoh, seseorang
berprofesi sebagai pencopet atau penodong di lampu merah Grogol. Setiap hari
dia mencopet atau todong orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun karena
selalu dikejar-kejar polisi dan keluar-masuk penjara, lama kelamaan kapok juga.
Dengan mempertimbangkan nasipnya yang begitu terus, akhirnya timbul niat untuk
menjadi ‘orang baik’ dan masuk kesebuah sekolah Alkitab. Secara instan di
sekolah Alkitab dan langsung menjadi seorang pengkhotbah karena kebetulan dia
seorang yang fasih lidah untuk bersaksi. Dia berkhotbah dari gereja yang satu
ke gereja yang lain. Awalnya dia minta supaya diberi kesempatan untuk
berkhotbah. Kemudian – dengan kemampuan yang memadai dalam hal komunikasi dari
mimbar – dia mendapat undangan demi undangan untuk berkhotbah. Namun yang
dipikirkan dalam setiap berkhotbah ada amplop yang berisi uang. Tujuan
berkhotbah tidak lain karena mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sekarang pertanyaan muncul : ‘Apakah orang ini sudah bertobat?’ Kemungkinan
hanya sekedar perubahan profesi dari pencopet jadi pengkhotbah! Wah …, wah …,
wah …, gawat ya!
Bertobat adalah perubahan akal budi. Pikiran kita telah berubah.
Pertobatan adalah perubahan yang terjadi dari dan dalam seluruh aspek dan
keberadaan kita. Perubahan akal budi tidak akan pernah dapat dimanipulasi
seseorang tetapi dengan sebaliknya akan tercermin melalui keputusan-keputusan
dan cara berpikir yang akhirnya menghasilkan tindakan. Tindakan yang dimotivasi
kasih yang berasal dari Tuhan Yesus. Konsep atau cara berpikir seseorang akan
menentukan seluruh tindakannya. Konsepnya adalah konsep yang memuliakan Tuhan.
Dia tidak memfokuskan pikirannya hanya kepada kebutuhan-kebutuhan hidupnya –
sekalipun kita tidak luput dari kebutuhan-kebutuhan hidup – tetapi dia akan selalu
melihat kepada Tuhan. Yang dia pikirkan adalah bahwa hidupnya memuliakan Tuhan
Yesus. Paulus berkata : “Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap,
bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang
telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan
berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi
dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Flp. 3:13-14). Paulus tidak dipusingkan
oleh kebutuhannya. Yang Paulus lakukan adalah memenuhi panggilan sorgawi yang
harus dia pertanggungjawabkan kepada Allah yaitu yang dipercayakan Allah
kepadanya.
Saudara pembaca yang saya kasihi dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus.
Demikianlah kedua hal tersebut di atas – tertarik kepada Tuhan Yesus, pelayanan
gerejawi dan bersaksi tentang kasih Allah, juga bertobat yaitu terjadinya perubahan
akal budi dari mementingkan diri sendiri menjadi pikiran yang memuliakan Allah
– harus terlihat menjadi fenomena hidup sebagai bukti bahwa kita dipanggil oleh
Allah untuk masuk dalam kerajaanNya. Apakah ketertarikan kepada Tuhan Yesus dan
pertobatan yang sungguh telah terjadi dalam diri anda? Kalau ‘ya …’ pujilah
Tuhan Yesus!
Tidak ada komentar untuk "Bukti Panggilan Kristiani"
Posting Komentar