Saat Teduh Keluarga Kristen (1)
Oleh: Pdt. Theos M. Purba || Seri Keluarga Kristen
Arti dan Dasar Alkitabiah Saat Teduh
Secara
etimologis kata saat teduh memang tidak bersangkut paut dengan hubungan antara
orang Kristen dan Allah di dalam perenungannya akan firman dan doa. Namun di
dalam kalangan kekristenan kata saat teduh ternyata memiliki arti tersendiri.
Saat adalah waktu sementara teduh memiliki arti reda, tenang, atau aman. Waktu
tenang atau saat teduh bisa saja didapatkan melalui istirahat, berlibur
ke-pantai atau ketempat rekreasi dan masih banyak lagi yang lainnya; tentang
hal ini orang Kristen memang tidak dapat memungkiri hal itu.
Tetapi
pendapat di atas dipandang dari prespektif dunia dan bagi mereka hal tersebut
merupakan kepuasan, namun tidak bagi anak-anak Tuhan! Bagi orang percaya, waktu
tenang yang didapatkan melalui sarana-sarana yang ada di dunia ini hanyalah
sebatas kesenangan emosi sesaat dan tidak akan pernah bersifat kekal, apalagi
membangun hubungan dengan sang Pencipta! Mustahil! Jika demikian apakah arti saat
teduh yang dimaksud di sini? Apakah maksud dari saat teduh yang digunakan oleh
kekristenan? Atau yang lebih tepat; apakah yang saya maksud dengan saat teduh
di dalam buku ini? Arti yang dimaksud dengan saat teduh ialah saat teduh yang
dibangun oleh orang Kristen itu berhubungan dengan Allah; bersangkut paut
dengan Tuhan. Waktu teduh tersebut adalah dimana orang percaya menyiapkan waktu
tenang untuk bersekutu dengan Tuhan.
Jika
dilihat dari prespektif doktrinal, orang percaya senantiasa tenang di dalam Kristus
sebab Ia adalah Pribadi yang selalu memegang anda dan anda tidak mungkin akan
terhilang dan binasa. Namun bagi orang yang menyadari bahwa Tuhan akan
senantiasa ada dalam hidupnya, ia akan menjadi orang yang terpanggil untuk
bersekutu dengan Tuhan. Dia akan tergerak oleh pekerjaan Roh Kudus sehingga
tidak akan mengabaikan saat teduh, justru ini akan menjadi prioritas di dalam
hidupnya terlebih di dalam keluarganya.
Di
dalam Perjanjian Lama kita menemukan ada salah satu tokoh besar yang begitu
memprioritaskan saat teduh bersama Allah. Siapakah dia? Dia adalah raja Daud!
Salah satu bagian yang ia ungkapkan di dalam Mazmur berbunyi : “TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengarkan
seruan ku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu”
(Mazmur 5:4). Juga Mazmur 119 secara keseluruhan memberitahukan kepada setiap
orang percaya; bahwa Daud adalah orang yang begitu mengutamakan perenungan
firman Tuhan lebih dari segala yang ada di dalam kehidupannya. Bahkan dibagian
awal mazmurnya, yaitu mulai dari Mazmur pasal 3 sampai 5 kita menemukan catatan
di sana bahwa Daud adalah orang yang senantiasa beribadah kepada Allahnya baik
pagi maupun malam.
Sekarang
mari kita melihat kepada kehidupan keluarga Daud. Allah telah memberikan sebuah
janji dan janji tersebut sesungguhnya telah tergenapi, bahwa keluarga Daud
adalah keluarga yang diberkati Tuhan dan Allah menjadikan kehidupan keluarga
Daud sebagai contoh keluarga yang diberkati Tuhan. Salah satu bagian Alkitab
yang memberitahukan tentang hal itu adalah “Dan
jika engkau mendengarkan segala yang Kuperintahkan kepadamu dan hidup menurut
jalan yang Kutunjukkan dan melakukan apa yang benar di mata-Ku dengan tetap
mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku seperti yang telah dilakukan oleh
hamba-Ku Daud, maka Aku akan menyertai engkau dan Aku akan membangunkan bagimu
suatu keluarga yang teguh seperti yang Kubangunkan bagi Daud, dan Aku akan
memberikan orang Israel kepadamu” (1 Raj 11:28).
Yesus sendiri memberikan pola atau teladan yang baik di dalam bersaat teduh. Di dalam Markus 1:35, Mrk 6:46, Luk 4:42, Luk 6:12, Yoh 6:18, Yesus sering pergi untuk menyendiri berdoa kepada Bapa yang mengutus-Nya untuk taat hingga mati dikayu salib. Ini merupakan pola yang Ia berikan agar setiap orang percaya selaku murid-murid-Nya dapat meneladani Ia di dalam bersaat teduh atau menyisihkan waktu teduh dengan maksud merenungkan segala yang Tuhan sudah perbuat dan yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan.
Fungsinya Saat Teduh
Apa
sajakah fungsi dari saat teduh? Secara global fungsi di dalam bersaat teduh
keluarga ialah: keluarga tersebut akan berjalan sesuai kehendak Tuhan, sebab
mereka selalu merenungkan kehendak Tuhan tersebut. Namun apa sajakah
aspek-aspek di dalamnya? Inilah yang hendak penulis jabarkan dengan singkat di
dalam buku ini.
1.
Menghidupkan
atau mensensitifkan kehidupan rohani setiap individu di dalam keluarga.
Mazmur 119:11 berkata “Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau”. Daud menyimpan janji Tuhan di dalam hatinya, gunanya ialah agar jangan berdosa terhadap Allah. Kesensitifan kerohanian seseorang akan terbangun dengan baik ketika setiap hari ia menyimpan janji Tuhan di dalam hatinya. Apa yang Allah janjikan yang didengar melalui perenungan firman setiap hari, akan membuat setiap individu di dalam keluarga bertumbuh kembang di dalam kerohanian. Setiap individu akan mengerti bagaimana hubungan pribadinya dengan Allah dan kesadaran akan apa yang hendak dilakukan. Aspek pertama inilah yang menjadi dasar untuk semua aspek-aspek selanjutnya. 1 Timotius 4:-8 berbicara tentang melatih diri beribadah, dengan maskud untuk mengembangkan kepekaan setiap orang percaya akan apa yang Allah kehendaki di dalam hidupnya serta apa yang baik dan yang berguna bagi kemuliaan Tuhan.
2.
Akan
membuat setiap individu di dalam keluarga mengerti tanggungjawab atau
kewajibannya di dalam keluarga tersebut.
Titus 2:1-10 merupakan rujukkan yang baik untuk melihat bagaimana orang tua, anak dan hamba di dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan posisi atau statusnya di dalam keluarga tersebut. Dan ini akan diketahui dengan jelas jikalau perenungan akan firman Tuhan dilaksanakan di dalam keluarga. Ayah yang harus menjadi imam dan mengasihi isterinya, bertanggung jawab bekerja dan memimpin keluarganya di dalam Tuhan. Ibu dari anak-anak juga adalah seorang isteri dari suaminya, menjadi ibu yang mengajari anak-anaknya, bertanggung jawab untuk hal-hal rumah, serta tunduk kepada suaminya. Anak-anak taat kepada orang tuanya dan tidak menyia-nyiakan ajaran mereka, sekolah dan menjadi anak yang menghormati siapapun. Anda bisa bayangkan betapa indahnya jikalau dalam keluarga Kristen setiap individu menyadari akan posisi dan tugasnya masing-masing! Kebahagiaan akan tercipta. Bahkan akan tetap bahagia meskipun di dalam penderitaan.
3.
Memperlengkapi
keluarga Kristen untuk meminimalisir kesalahpahaman yang disebabkan
ketidakpuasan atau amarah.
Ketidaksamaan
atau perselisihan pasti selalu ada di dalam hubungan suami isteri dan anak di
dalam keluarga Kristen. Ini tentunya menjadi persoalan panjang di dalam sejarah
perjalanan keluarga Kristen dan menurut saya akan terus ada sampai Tuhan Yesus
datang yang kedua kalinya. Seringkali ketidak-cocokkan menyebabkan pertengkaran
di dalam keluarga, bahkan tidak sedikit orang tua yang bersikap keras terhadap
anak-anaknya ketika anak-anak mereka tidak sesuai dengan keinginan atau harapan
orang tua. Melalui saat teduh yang selalu dilakukan, maka firman Tuhan yang
sudah membangun kehidupan rohani seperti yang sudah ada di dalam aspek pertama
di atas, akan meminimalisir hati yang tidak puas atau marah.
Amarah merupakan hal yang tidak mungkin hilang di dalam kehidupan setiap orang termasuk orang Kristen, namun Alkitab berkata bahwa amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Allah. Yakobus 1:20 berkata: “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah”. Lantas bagaimanakah? Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh orang percaya, bahwa anugerah Tuhan itu besar! Anugerah Allah tidak akan pernah memperhitungkan pelanggaran setiap orang percaya dan lagi pula amarah tersebut dapat diminimalisir. Dengan melatih diri untuk mengurangi amarah maka sesunguhnya amarah yang kerapkali timbul dalam diri kita yang lemah ini dapat di atasi atau dikontrol. Dengan demikian setiap keluarga Kristen akan mengerjakan kebaikan bagi setiap orang, terkhusus bagi lingkungan keluarga terdekat baru kemudian kepada keluarga jauh dan berakhir pada khalayak umum.
4.
Menyediakan
kesempatan untuk mengevaluasi diri: suami, isteri dan anak-anak.
Waktu
teduh keluarga merupakan momen yang indah dan sangat tepat bagi setiap individu
mengevaluasi dirinya sendiri di dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui firman
yang disampaikan, doa dan pujian, maka suasana tersebut akan merangsang hati
untuk jujur tentang apa yang salah dan bersedia mengakui hal-hal yang memang
harus diperbaiki. Kuasa firman akan menusuk ke kedalaman hati, mengubahnya dan
memberikan yang baru. Mazmur 119:32 mengatakan “Aku akan mengikuti petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab Engkau
melapangkan hatiku”.
Tuhan membuka hati setiap orang yang merenungkan dan mengikuti firman-Nya. Lapang hati dari segala kejelekan, terbuka dari kekerasan dan kemunafikkan dan masih begitu banyak hal lainnya lagi yang dapat kita sadari melalui saat teduh. Dengan ini hubungan suami isteri dan anak akan harmonis, ketika terjadi masalah mereka akan segera mengevaluasinya di saat teduh mereka. Atau ada baiknya seorang suami selaku imam mengevaluasi kehidupan keluarga mereka disetiap kesempatan yang memungkinkan, mengambil waktu teduh sejenak untuk melakukan evaluasi bersama. Apa yang perlu untuk diperbaiki dan hal apa yang perlu untuk dilakukan kedepannya. Ada pepatah kuno yang seringkali kita dengar yaitu “Mundur satu langkah untuk maju sepuluh langkah kedepan”.
5.
Memberikan
waktu bagi suami untuk berlaku sebagai seorang pemimpin keluarga.
Di
sini seorang suami sebenarnya memiliki tanggung jawab yang cukup besar atas
keluarganya. Karena ia harus bisa memberikan teladan yang baik, menjadikan
hidupnya contoh bagi isteri dan anak-anaknya. Dihormati dan disegani serta
dikasihi. Itu akan membuat seorang ayah anak-anak dan suami dari isterinya
memposisikan ia pada tempatnya. Saat bersaat teduhlah seorang pemimpin keluarga
berbicara dan memimpin keluarganya “datang kepada Tuhan”. Ini adalah sebuah
gambaran sederhana mengenai kehidupan keluarga! Dimana seorang suami memimpin
ibadah saat teduh, demikianlah pula seorang suami memimpin kehidupan keluarga
di setiap sendi-sendi kehidupan keluarganya.
Baca juga:
* Keilahian dan Kemanusiaan Kristus
Tidak ada komentar untuk "Saat Teduh Keluarga Kristen (1)"
Posting Komentar