Renungan Kristen Tentang Bijaksana Meresponi Masalah

Oleh: Pdt. Mangurup Siahaan || Ayat Bacaan Filipi 1:12-14 

Respon terhadap masalah-masalah yang terjadi merupakan faktor penentu apakah masalah-masalah itu akan menguntungkan atau merugikan. Tentu dapat dijamin bahwa semua masalah dapat merugikan orang yang bermasalah jika diresponi dengan cara yang salah. Sebaliknya juga bahwa semua masalah dapat menguntungkan orang yang bermasalah jika diresponi dengan cara yang benar. Itulah sebabnya dikatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi dapat merugikan atau sebaliknya menguntungkan, hal itu sangat ditentukan oleh respon orang yang bersangkutan. Jika masalah-masalah yang terjadi diresponi secara negatif, maka selanjutnya akan bermuara kepada hal-hal yang negatif dan tentu akan merugikan diri orang yang meresponi masalah itu secara negatif. Sebaliknya, jika masalah-masalah yang terjadi diresponi secara positif, maka selanjutnya akan menghasilkan hal-hal yang positif dan tentu akan menguntungkan diri orang yang meresponi masalah itu secara positif.

Berdasarkan data pada nats di atas, ada masalah yang membuat jemaat Filipi takut dan kuatir tentang pemberitaan Injil karena sang rasul dipenjarakan. Bertolak dari hal yang ditakutkan dan yang dikuatirkan jemaat Filipi, maka pada ayat 12 nats di atas Paulus berkata ”Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru ...,”. Potongan kalimat pada ayat 12 ini menunjukkan bahwa jemaat di Filipi memiliki respon yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang diakui dan disaksikan Paulus. Besar kemungkinan jemaat Filipi meresponi pemenjaraan Paulus sebagai hal yang merugikan. Mereka berpikir dengan dipenjarakannya Paulus maka jemaat Filipi akan menjadi tidak stabil, pemberitaan Injil akan berhenti, kesatuan jemaat menjadi terganggu dan lain sebagainya. Inilah respon jemaat Filipi. Itulah pemikiran mereka untuk menilai masalah yang ada. Respon mereka sangat negatif terhadap masalah yang terjadi. Mereka ’negatif thinking’. Berdasarkan data pada ayat 12 yang dikemukakan Paulus, respon jemaat Filipi berbanding terbalik dengan pengakuan Paulus. Jika respon jemaat Filipi negatip tentang masalah yang terjadi, justru kenyataan yang diakui dan disaksikan Paulus sungguh-sungguh sangat positip melalui masalah yang terjadi.

Pada umumnya manusia salah menanggapi dan meresponi masalah. Pada umumnya masalah selalu dianggap merupakan hal yang merugikan, hal yang menghambat dan bahkan dianggap menggangu segala yang dicita-citakan. Itulah sebabnya, ketika terjadi masalah, pikiran langsung tertuju kepada hal-hal yang menakutkan, memalukan, merugikan, menyedihkan dan lain-lain. Yang merajalela dalam diri adalah ketakutan, kekuatiran dan keragu-raguan. Hal-hal ini membuat seseorang justru menjadi tidak stabil atau terganggu dalam memikirkan banyak hal. Seharusnya bisa tenang dalam memikirkan segala sesuatu, tetapi karena sudah dilanda hal-hal negatip seperti di atas, maka yang ada adalah gundah-gulana dan ketakutan.

Dengan cara bagaimanakah meresponi masalah agar masalah itu tidak merugikan? Tentu dengan cara berpikir positip! Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah mungkin orang dapat memberi respon secara positip atau berpikir positip kalau masalah itu sudah sangat mengganggu? Sesungguhnya tidak harus terganggu sekalipun ada yang mengganggu. Semestinya bisa tetapi tenang sekalipun dalam kondisi dan situasi yang tidak nyaman dan penuh gangguan. Bagaimana hal itu terjadi? Disinilah menjadi hakiki firman Tuhan melalui pernyataan Paulus kepada jemaat di Filipi. Melalui tiga ayat pada nats di atas, tentu dengan mengetahui konteks seluruh surat Filipi dapat menjadi kebijaksanaan untuk orang percaya. Dengan merenungkan nats di atas ada dua pemahaman supaya bijaksana meresponi masalah.

1.     Masalah adalah untuk Membuat Maju

Jika kembali pada teks di atas, pada ayat 12 dikatakan, ”Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil,”. Paulus sangat berhasrat untuk memberitahukan akibat dari yang terjadi atas dirinya. Sesungguhnya yang terjadi atas dirinya adalah kenyataan yang menyedihkan. Suatu kenyataan yang faktual bahwa penjara itu adalah kenyataan menyakitkan dan memalukan. Namun demikian, di balik masalah yang menimpa diri Paulus ternyata bukan hal yang menyedihkan, bukan hal yang merugikan, bukan hal yang memalukan, melainkan hal yang sangat menyenangkan. Apakah hal yang sangat menyenangkan itu? Masalah yang terjadi atasnya telah memajukan Injil.

Tujuan pemenjaraan Paulus oleh orang-orang yang berperan dalam peristiwa itu adalah supaya Injil terhambat. Orang-orang sangat banyak yang anti dengan Injil. Baik dari kalangan Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Tetapi tanpa mereka sadari – sebagaimana yang dikemukakan Paulus pada nats di atas – bukan penghambatan yang terjadi, sebaliknya yang terjadi adalah kemajuan. Mereka membuat Paulus bermasalah supaya Injil yang diberitakannya terhambat, tetapi yang terjadi malah sebaliknya, Injil itu justru semakin maju.

Inilah pemahaman yang pertama yang harus dimiliki setiap orang percaya supaya bijaksana meresponi masalah. Masalah bukan untuk menghambat cita-cita. Masalah bukan untuk menghancurkan hidup orang percaya. Masalah tidak akan membuat kacau. Sebaliknya masalah itu akan membuat maju. Masalah akan membuat lebih cepat dari yang sebelumnya. Masalah itu terjadi supaya yang diharapkan terwujud lebih cepat dari yang direncanakan. Jika seandainya untuk mencapai sesuatu ditargetkan 5  tahun kemudian, 10 tahun kemudian, 15 dan 20 tahun kemudian, maka dengan masalah-masalah yang terjadi, yang diharapkan akan terwujud lebih cepat dari target yang telah direncanakan.

Baca juga:

Penginjilan di tanah Borneo - Kalimantan Barat

Saat Teduh Tentang Allah Kekuatanku

Renungan Kristen Tentang Pikiran Yang Kudus

2.     Masalah Membuat Semakin Yakin & Berani

Jika berdasarkan ayat 12 teks di atas pemahaman pertama yang harus dimiliki bahwa ’masalah adalah untuk membuat maju’, maka pemahaman yang kedua ini adalah ’masalah membuat semakin yakin dan berani’. Pemahaman yang kedua ini berdasarkan ayat 14 yang berkata, ”Dan kebanyakan saudara dalam Tuhan telah beroleh kepercayaan karena pemenjaraanku untuk bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut.” Sesungguhnya Paulus benar-benar mengakui dan menyaksikan bahwa masalah yang terjadi atasnya, yaitu pemenjaraannya, sungguh-sungguh menyebabkan banyak orang percaya beroleh kepercayaan dan semakin berani berkata-kata tentang firman Allah.

Ditinjau dari segi perasaan dan logika manusiawi, semestinya orang Kristen mula-mula akan semakin takut untuk memberitakan firman Tuhan dan kemungkinan besar akan semakin ragu-ragu. Tetapi sesuai dengan yang disaksikan oleh Paulus dalam suratnya, ternyata masalah yang terjadi itu tidak membuat orang percaya pada saat itu semakin takut dan menjadi ragu-ragu, melainkan justru semakin yakin dan semakin berani. Inilah pemahaman yang harus dimiliki setiap orang, supaya dengan demikian menjadi bijaksana meresponi masalah.

Tuhan tidak menjanjikan jalannya kehidupan dengan cara yang mulus tanpa masalah. Justru sebaliknya, berdasarkan sejarah perjalanan umat Tuhan, masalah-masalah dipakai Tuhan untuk mendewasakan umatNya dalam menghadapi liku-liku hidup yang penuh dengan masalah. Banyak data-data di dalam Alkitab, perjalanan tokoh-tokoh besar yang sangat berliku-liku dan penuh masalah untuk membentuk kepribadian mereka supaya menjadi semakin yakin dan berani. Perjalanan umat Tuhan dari sejak Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, baik secara kolektif maupun secara pribadi, masalah menjadi sarana yang ampuh dipakai Tuhan untuk mendewasakan umatNya supaya mereka menjadi semakin yakin dan semakin berani menyaksikan kasih Allah. Semakin berani menjalani hidup dengan penuh percaya diri sebagai orang yang mendapat kasih karunia dari Allah. Selanjutnya semakin yakin perlindungan Allah senantiasa sampai selamanya.

Kesalahan yang sering terjadi adalah, ketika masalah menimpa kehidupan, yang bersangkutan lansung mengarahkan pikirannya kepada hal-hal negatip yang mungkin terjadi menurut perkiraannya. Namun sekarang tentu menjadi sadar, bahwa ternyata masalah-masalah itu Tuhan ijinkan, bahkan masalah-masalah itu Tuhan percayakan, dengan tujuan : pertama, untuk membuat maju, dan yang kedua, supaya semakin yakin dan berani dalam hidup ini.

Tidak ada komentar untuk "Renungan Kristen Tentang Bijaksana Meresponi Masalah"